BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Metode pembelajaran merupakan suatu cara bagaimana seorang guru menjalankan suatu prosedur dan pelaksanaan pembelajaran. Metode tersebut ada karena sebuah signifikansi dari sebuah pembelajaran agar siswa dan guru dapat berinteraksi dengan baik. Pemilihan metode pembelajaran yang baik adalah metode yang menyesuaikan pada pelajaran yang akan disampaikan guru. Tujuan dari metode pembelajaran yakni cara mengarahkan guru dalam menyampaikan pelajaran secara baik agar dapat diterima oleh murid-murid secara jelas.
Penulis disini akan menggunakan metode komunikatif dalam proses pembelajaran. Menurut penulis metode tersebut sangat cocok bagi pembelajaran bahasa. Dalam metode ini dituntut komunikasi dua arah bagi guru dan si murid (two-ways) . pada komunikasi itu sendiri mempunyai salah satu tujuan yang penulis anggap penting yakni behavior change (perubahan kebiasaan)[1]. Melalui behavior change, pemerolehan bahasa target akan cepat diterima oleh murid. Komunikasi juga salah satu alat bagi seseorang yang ingin mempercepat mengembangkan bahasanya secara tepat dan cepat.
Penulis menganggap metode komunikatif sesuai digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah, karena metode ini menekankan pemahaman, pelafalan, dan penerapan dari mufrodat-mufrodat yang tersedia dalam buku paket.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
II.1. Hakikat Metode Komunikatif
Metode ini merupakan modifikasi dari metode Gramatika-Terjemah yang menekankan unsur penjelasan dan pemahaman secara komunikatif. Metode komunikatif didasarkan atas asumsi bahwa setiap manisia memiliki kemampuan bawaan yang disebut dengan ”alat pemerolehan bahasa”. Oleh karena itu kemampuan berbahasa bersifat kreatif dan lebih ditentukan oleh faktor internal. Oleh karena itu relevansi dan efektifitas kegiatan pembiasaan dengan metode latihan stimulus-respense-inforcement dipersoalkan[2].
Richards dan Rodgers (1986) mendeksripsikan Pengajaran Bahasa Komunikatif (CLT) sebagai suatu pendekatan ketimbang suatu metode, karena ia didefinisikan dalam istilah-istilah yang luas dan medan mewakili suatu filosofi pengajaran yang didasarkan pada penggunaan bahasa yang komunikatif.[3]
Asumsi yang lain ialah bahwa belajar bahasa kedua dan bahasa asing sama seperti belajar bahasa pertama, yaitu berangkat dari kebutuhan dan minat pelajar. Oleh karena itu analisis kebutuhan pelajar merupakan landasan dalam pengembangan materi pelajaran.[4] Prinsip pendekatan komunikatif yakni pemerolehan bahasa pada siswa secara verbal (informasi verbal). Siswa telah belajar informasi verbal apabila ia mengingat kembali informasi itu. Indikator yang biasanya dipakai untuk kapabilitas ini berupa : menyebutkan atau menuliskan informasi seperti nama, kalimat, alasan, argumen, proporsi, atau seperangkat proposisi yang terkait.[5]
II.1.1. Karakteristik Metode Komunikatif
Kelahiran pendekatan komunikatif (PK) merupakan hasil dari sejumlah kajian tentang pemerolehan bahasa (iktisab al-lugah) dan berbagai penelitian mengenai metode pengajaran bahasa di Eropa dan Amerika pada tahun 70-an.[6]
Beberapa karakteristik dalam metode komunikatif :
- Tujuan pengajarannya ialah mengembangkan kompetensi pelajar berkomunikasi dengan bahasa target dalam konteks komunikatif yang sesungguhnya atau dalam situasi hidup yang nyata. Tujuan PK tidak ditekankan pada penguasaan gramatika atau kemampuan membuat kalimat gramatikal, melainkan pada kemampuan memproduk ujaran yang sesuai konteks.
- Salah satu konsep yang mendasar dari PK adalah kebermaknaan dari setiap bentuk bahasa yang dipelajari dan keterkaitan bentuk , ragam, dan makna bahasa dengan situsi dan konteks berbahasa itu :
- Dalam proses belajar-mengajar, siswa bertindak sebagai komunikator yang berperan aktif dalam aktifitas komunikatif yang sesungguhnya. Sedangkan pengajar memprakarsai dan merancang berbagai pola interaksi antar siswa, dan berperan sebagai fasilitator.
- Aktifitas dalam kelas diwarnai secara nyata dan dominan oleh kegiatan-kegiatan komunikatif, bukan dril-dril manipulatif dan peniruan-peniruan tanpa makna (Tadrib babgha :’iy).
- Penggunaan bahasa ibu dalam kelas tidak dilarang tetapi diminimalkan.
- Dalam PK,kesilapan siswa ditoleransi untuk mendororng keberanian siswa berkomunikasi.
- Evaluasi dalam PK ditekankan pada kemampuan menggunakan bahasa dalam kehidupan nyata, bukan penguasaan struktur bahasa gramatika.
- Urutan materi pelajaran ditentukan oleh isi, fungsi, dan atau makna yang akan memelihara minat siswa.
I.1.2. Kompetensi Komunikatif (KK)
a. Pengertian KK
Kompetensi komunikatif adalah suatu penekanan pada kefasihan dan penggunaan bahasa yang berterima, merupakan tujuan pembelajaran. Akurasi (ketepatan) tidak diukur secara abstrak, tetapi dalam konteks.[7] Secara ringkas Hymes (1972), menyebut empat faktor yang membangun dan menjadi ciri penanda PK, yaitu kegramatikalan, keberterimaan, keterlaksanaan. Brown (1987) memaknai kompetensi komunikatif sebagai kompetensi yang memungkinkan seseorang untuk meneruskan pesan, menafsirkannya, dan memberinya makna dalam interaksi antar individu dalam konteks yang spesifik. Dengan kata lain, seseorang dapat dikatakan memiliki kompetensi komunikatif hanya apabila ia dapat menggunakan bahasa dengan ragam yang tepat menurut situasi dan hubungan pembicara dan pendengar.[8]
b. Karakteristik KK
Savignon (1983) menyebutkan lima karakteristik KK, yang diringkaskan sebagai berikut :
- KK bersifat dinamis, tergantung kepada negosiasi makna antara dua penutur atau lebih yang sama-sama mengenal pemakaian bahasa. KK dengan demikian lebih bersifat interpersonal daripada intrapersonal.
- KK berlaku untuk bahasa lisan, bahasa tulis, dan berbagai sistem simbol lainnya.
- KK bersifat kontekstual. Karena komunikasiterjadi pada berbagai situasi, maka pemakai bahasa harus memilih ragam dan gaya bahasa yang sesuai dengan situasi dan lawan bicara yang dihadapinya.
- berkaitan dengan teori yang membedakan antara kompetensi dan performansi, kompetensi adalah apa yang diketahui sedangkan performansi adalah apa yang dilakukan. Dengan demikian, hanya performansi yang bisa diamati, dikembangkan, dipertahankan, dan dievaluasi.
- KK bersifatrelatif, tidak absolut, dan tergantung pada kerjasama di antara partisipan yang terlibat.
Penulis melihat bahwasannya kompetensi strategis sangat mempengaruhi daripada metode komunikatif. Kompetensi strategis adalah kemampuan menguasai strategi komunikasi verbal dan non-verbal, untuk keperluan :
- Mengatasi kemacetan komunikasi yang terjadi karena kondisi tertentu, misalnya keterbatasan kosakata atau gramatika
- Meningkatkan efektivitas komunikasi
Strategi para frase, misalnya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan mengenai kterbatasan kosa kata. Strategi memperlambat atau memperlunak ujaran bisa digunakan untuk memberikan efek retoris.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini dibicarakan pembahasan yang mefokuskan pada metode komunikatif yang mencakup: prinsip-prinsip metode komunikatif,dan aplikasi dari metode komukatif tersebut.
III.1. Prinsip-prinsip Metode Komunikatif
Ricard dan Rodgers (1986) menyatakan bahwa walaupun Pengajaran Bahasa Komunikatif (CLT) tidak menuntut suatu teori khusus dari pembelajaran bahasa sebagai dasarnya, terdapat berbagai premis toritis yang dapat di deduksi mengenai pendekatan ini : [9]
- Prinsip Komunikasi : aktivitas yang mencakup komunikasi dapat meningkatkan pembelajaran bahasa.
- Prinsip Tugas : aktivitas yang mencakup pelaksanaan tugas-tugas dunia nyata dapat meningkatkan pembelajaran bahasa.
- Prinsip Penuh Makna : siswa harus disibukkan dalam penggunaan bahasa penuh makna dan autentik.
III.2. Aplikasi Metode Komunikatif
Aplikasi metode komunikatif yang akan penulis sajikan berupa penerapan metode komunikatif dalam silabus, langkah-langkah penyajian.
a. Penerapan metode komunikatif dalam silabus
Di dalam KTSP bahasa Arab MTS terdapat rumusan Standar Kompetensi(SK) dan (KD) untuk keempat keterampilan bahasa. Dalam satu tahun ada dua tema, oleh karena itu rumusan SK dan KD dibuat per semester. Pada Kompetensi belajar mengajar ditekankan pada aktif berkomunikasi dan diskusi.
b. Langkah-langkah penyajian
Salah satu prosedur proses belajar mengajar dalam PK dilukiskan oleh Finochiaro dan Brumfit sebagai berikut :
1) Dialog pendek disajikan dengan didahului penjelasan tentang fungsi-fungsi ungkapan dalam dialog itu dan situasi di mana dialog itu mungkin terjadi.
2) Latihan mengucapkan kalimat-kalimat pokok secara perorangan, kelompok atau klasikal.
3) Pertanyaan diajukan tentang isi dan situasi dalam dialog itu, dilanjutkan pertanyaan serupa tetapi langsung mengenai situasi masing-masing pelajar. Di sini kegiatan komunikatif yang sebenarnya telah dimulai.
4) Siswa membahas ungkapan-ungkapan komunikatif dalam dialog
5) Siswa diharapkan menarik sendiri kesimpulan tentang aturan tata bahasa yang termuat dalam dialog. Guru memfasilitasi dan meluruskan apabila terjadi kesalahan dan penyimpulan
6) Pelajar melakukan kegiatan menafsirkan dan menyatakan suatu maksud dari latihan komunikasi yang lebih bebas dan tidak sepenuhnya berstruktur.
7) Pengajar melakukan evaluasi dengan mengambil sampel dari penampilan pelajar dalam kegiatan komunikasi bebas.
BAB IV
PENUTUP
IV. Kesimpulan
Metode Komunikatif merupakan modifikasi dari metode gramatika terjemah. Penekanan pada metode ini bukan hanya pada segi ingat pada hafalan tetapi juga kepandaian berbicara. Berbicara yang dimaksud dalam metode ini yakni mengedepankan berbica dua arah secara efektif serta mampu dalam melafalkan pembicaraan tersebut secara fasih. Metode ini sangat efisien bagi para pemula dalam mempelajari bahasa target dengan tujuan mampu berbicara secara baik dan benar dalam bahasa target itu sendiri. Di dalam metode ini juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut :
Kekuatan
1) Pelajar termotivasi dalam belajar karena pada hari pertama pelajaran, langsung dapat berkomunikasi dengan Bahasa Target.
2) Pelajar lancar berkomunikasi, dalam arti menguasai kompetensi gramatikal, sosiolinguistik, wacana, dan strategis.
3) Suasana kelas hidup dengan aktivitas komunikasi antar pelajar dengan berbagai model interaksi dan tingkat kebebasan yang cukup tinggi, sehingga tidak membosankan
Kelemahan
1) Memerlukan guru yang menguasai keterampilan komunikasi secara memadai dalam Bahasa Target.
2) Kemampuan membaca, dalam keterampilan tingkat ambang tidak mendapatkan porsi cukup.
3) Loncatan langsung ke aktivitas komunikatif bisa menyulitkan siswa dalam tingkat permulaan.
0 Komentar