Kesibukan
kota Jakarta semankin hari semankin meningkat. Hal tersebut terlihat
orang-orang yang beraktifitas di pagi hari seperti bekerja, sekolah, berdagang,
dan lain-lain. Semua itu terjadi karena mereka yang melakoni pekerjaan tersebut
ingin memenuhi kebutuhan primer. Orang bekerja dan berdagang kebutuhan
primernya adalah sandang, pangan, papan. Akan tetapi kebutuhan primer seorang
pelajar adalah ilmu. Karena dengan ilmu diri seorang pelajar bisa menjadi
berguna di masyarakat umum.
Perliu
kita ketahui dalam kita bekerja atau menuntut ilmu kadangkala pesimistis selalu
menggoda kita untuk “jangan melakukan sesuatu untuk yang lebih baik”. Kejadian in bisa disebabkan dari mindernya
seseorang atau kurang berprinsip dalam hidup. Maka itu motivasi internal
dibutuhkan untuk menghindari pesimistis tersebut.
Dalam
mengkaji masalah diri, kita harus mawas dan sadar diri. Banyak orang yang belum
sadar akan dirinya malahan dia menjudge orang lain. Faktanya banyak acara-acara
di televisi berbasis infotaiment yang merujuk pada statement-statement buruk
megenai seseorang. Seharusnya hal tersebut tidak boleh menjadi konsumsi publik
karena dapat berakibat fatal. Salah satunya publik akan mengikuti atensi
tersebut.
Dari
paparan singkat diatas, maka kita membutuhkan ESQ untuk menjalin interpersonal,
intra personal yang baik dan hubungan dengan Allah secara intens. Hal ini saya
terinspirasi oleh Ary Ginanjar Agustian. Beliau merupakan motivator dan pelopor
dalam mengasah kemampuan ESQ.
ESQ
merupakan gabungan dari pada EQ (emotional Quotient) dan SQ (Spirutual
Quotient). Maka untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan dalam paper yang
singkat ini apa guna ESQ. EQ adalah suatu prinsip yang baik dalam manusia
mengelola suara hatinya menuju suatu yang bijak. Sedangkan SQ merupan tujuan
inti kita bermesra dengan sang Pencipta melalui shalat atau doa.
Kini
manusia hanya mementingka IQ(Intelektual Quotient) di dalam membangun hidupnya.
Padahal IQ hanya sebatas kemampuan seseorang mengetahu sesuatu dan mendalami
suatu ilmu. Belum tentu orang yang mempunyai ilmu, ia dapat menggali potensi
untuk membangun kerjasama intrapersonal dan beraqidah yang baik. Jadi selain IQ
manusia juga membutuhkan EQ dan SQ untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Tanpa itu semua nonsens.
Dalam
mengolah EQ manusia harus menghilangkan prinsip keangkuhan dan egoisme. Karena
dalam diri manusia mempunyai suara hati positif di dalam menyikapi permasalahan
hidup. Mulai dari simpati baik kepada diri kita maupun kepada oranglain. Oleh karena itu hasil dari EQ adalah
bagaimana kita menjalin hubungan yang baik kepada orang lain. Untuk melatih hal
ini melalui beberapa tahap yaitu dari memahami keadaan lingkungan, melatih diri
kita untuk menyelesaikan masalah pribadi terlebih dahlu, lalu mencari solusi
ats permasalahan orang lain, lalu membiasakan hal tersebut, dan outputnya orang
tersebut akan berhasil di hari kelak.
Pandangan
manusia di era sekarang ini sudah apatis(tidak peduli) akan permasalahan orang
lain. Padahal kita disebut mahluk sosial, mahluk yang saling membutuhkan satu
sama lain. Maka itu kita harus mengolah EQ kita dengan mendengar suara hati
positif untuk berbagi bersama dengan moto senasib sepenanggungan.
Sistematika
kehidupan tidak terlepas dari hubungan manusia dengan Tuhannya. Apabila
seseorang beriman kepada Tuhan maka kehidupan yang dijalaninya akan teratur dan
lepas tanpa beban. Kita tahu bahwasanya Allah mempunyai sifat Asmaul Husna yang
99. Dimana materi kesemuanya bisa kita praktekan dalam kehidupan nyata di alam
dunia. Contohnya sifat Ar-rahman dan Ar-Rahim. Ar-rahman adalah sifat agung
yaitu maha pengasih. Kita bisa melakoni sifat pengasih itu dengan memberikan
motivasi dan arahan kepada teman kita untuk beradaptasi dan bersosialisasi
dengan lingkungan secara baik dan proporsional. Sedangkan Ar-Rahim adalah sifat
penyayang. Pertama diri kita yang harus kita sayangi karena kalau kita tidak
menyayangi diri kita maka diri ini akan melayah ke dunia yang kita tidak
inginkan. Setelah itu kita harus menyayangi orang lain. Oleh karena itu SQ kita
harus diolah dengan baik agar sifat-sifat itu terjaga di sanubari kita.
Organize
merupakan asal kata daripada organization yang berarti pengaturan. Sedangkan
organization merupakan kata benda yang berarti wadah atau sarana untuk manusia
berinteraksi satu sama lain. Akan tetapi dasar dari organisasi adalah planning,
organizing, actuating, and controlling.
Planning
berarti perencanan yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi agar mencapai
tujuan yang dimaksud. Guna dari planning ini supaya suatu organisasi dapat
terarah dan teratur dari ketetapan organisasi.
Organizing
berarti pengaturan dimana di dalam
sebuah organisasi mempunyai aturan-aturan. Aturan-aturan dibuat agar organisasi
mempunyai standar baku dalam menjalankan sebuah pekerjaan-pekerjaan di internal
dan eksternal.
Actuating
berarti reaksi. Organisasi harus mempunyai suatu reaksi yang jelas dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Reaksi ini harus mempunyai target dan tujuan yang
mempunyai afektifitas yang efektif dan efesien. Maka di tubuh organisasi harus
ada kerjasama dengan organisasi lain dalam rangka
Controlling
berarti pengawas. Di dalam organisasi harus ada pengawasan, pengawasan tersebut
untuk memeriksa kinerja orang-orang yang menduduki jabatan di organisasi
tersebut. Tujuan dari controlling ini agar tidak ada saling curiga satu sama
lain.
Adapun
hubungan ESQ dengan organisasi yaitu saling membutuhkan satu sama lain. Artinya
organisasi tanpa ESQ maka timbul satu kegelisahan dan tidak adanya saling
percaya diantara orang-orang yang menjalankan organisasi tersebut. Selain itu
ESQ bisa menengahkan kesalahpahaman di dalam suatu organisasi melalui sifat
As-Shobur ( yang maha sabar) dan Al-Qawi( yang maha Kuat) . Karena kadangkala
masalah yang kecil dalam organisasi bisa di besar-besarkan. Maka orang yang
duduk di organisasi harus mempunyai sifat sabar dan kuat pendirian agar
organisasi tersebut bisa bertahan dengan cakap.
Dengan
demikian sifat saling memiliki diantara pengurus harus dijunjung supaya
organisasi bisa menunjukan konsistensi dalam bidang yang digelutinya. Maka pengurus di tubuh organisasi harus
mempunyai sifat As-syukur (Yang maha mensyukuri). Bersyukur karena masih ada
yang mau bekerja sama di dalam organisasi pada intinya.
0 Komentar