Ramadhan merupakan penghulu
dua belas bulan dari bulan qamariah. Disebabkan bulan tersebut mulia karena terdapat puasa yang diwajibkan
oleh Allah. Sebagaimana firman Allah yang masyhur :
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Melalui ayat tersebut ada pembelajaran tersendiri bahwa melakukan ibadah
puasa merupakan satu kewajiban. Adanya emanasi kewajiban dari ibadah tersebut
pasti ada hikmah di balik itu semua.
Sebelum
tersingkap hikmah melalui analisis tentang puasa maka kita harus meniti melalui
makna puasa itu sendiri. Di dalam ensklopedia Indonesia disebutkan bahwa puasa
adalah memudahkan bertobat serta merasa peka terhadap nilai-nilai rohani dan
menyisihkan seseuatu untuk memberi derma. Adapun Usman bin Hasan bin Ahmad
As-Syakir berkata الإمساك عن
المفطرات الثلاث بياض النهار فإنها ما تشهيه الأنفس (لعلكم تتقون) المعاصى، فإن
الصوم يكسر الشهوة التي هي مبدؤها.
Artinya : puasa itu adalah menahan nafsu dari aspek yang tiga, menahan hawa nafsu pada siang hari, lalu aspek yang
lain memenahan yang berhubungan dengan syahwat atau maksiat, lalu puasa yaitu
menekan hawa nafsu yang dia itu yang menjadi dasar. Melalui prespektif diatas
maka kita bisa ambil makna bahwa puasa merupakan aktivitas manusia menahan hawa
nafsu dalam rangka memperbaiki jiwa ruhani yang mungkin terkontaminasi oleh
prilaku negative, sehingga dapat tercipta prilaku positif yang bisa diwujudkan melalui amal shalih.
Kadang dibenak kita
timbul pertanyaan bagaimana cara menahan nafsu yang dimaksudkan dari arti
etimologis puasa. Imam Ghazali mengungkapkan bahwa cara menahan hawa nafsu pada
bulan puasa yaitu bahwa engkau menjaga pandangan dari penglihatan, menjaga
lisan dari pembicaraan yang dilarang oleh kamu, dan menjaga telinga dari apa
yang diharamkan untuk di dengar. Melalui uraian singkat sang mujtahid maka kita
bisa mengetahui bahwa hawa nafsu itu bisa timbul dari penglihatan, pembicaraan,
dan pendengaran. Oleh karena itu kita musti menjaganya selama ramadhan dan
sesudahnya.
Di sisi lain puasa juga
sebagai bulan pembelajaran bagi umat muslim dimana merasakan penderitaan para
fakir yang mungkin setiap hari berpuasa karena tidak ditemmui baginya sesuap
nasi di rumahnya. Yang menjadi pertanyaan apakan berpuasa bisa menyakitkan diri
seseorang. Justru tidak, Nabi Muhammad bersabda berpuasalah kalian niscaya akan
menyehatkan diri kalian. Sungguh ini menjadi hikmah lain dari puasa bahwa
dengannya diri kita akan menjadi sehat. Ungkapan manis juga dilontarkan oleh
Said bin Salim An-Nabhan bahwa perut itu rumah penyakit dan diet itu adalah
sumber obat. Melalui perkataannya bisa disimpulkan bahwa puasa itu bisa
diidentikan dengan diet yang dianjurkan Allah dan Rasulnya. Wawlahu A’lam
Bissawab
0 Komentar