Ketika aku ingin menuliskan
tentang cinta maka aku beri kesempatan akal berkompromi dengan hati.
Karena mendamaikan keduanya sulit. Sebagaimana berpapasan antara
keinginan dan kesederhanan. Karena keinginan wujud daripada hawanafsu
sedangkan kesederhanan output dari hati yang tentram. Maka
ditengah-tengah akal dan hati ada yang disebut hawanafsu. Hawa nafsu ini
muara implementasi perbuatan manusia. Dari sinilah manusia bisa merasa,
menilai, menimbang, dan memutuskan. Apabila keputusan manusia salah
maka akal lebih dominan dibanding hati. Maka fungsikan hati apabila
memutuskan. Artinya berfikir dengan akal, menimbang dengan hati, dan
memutuskan secara elaboratif.
Hawa nafsu terbagi 2 yaitu hawa nafsu positif dan negatif. Hawa nafsu positif terpatri apabila manusia melakukan sesuatu karena dan untuk Allah. Disitulah cerminan mukmin sejati dimana Tuhan merupakan tujuan akhir dari segala kehidupan. Karena ungkapan ana uhibu sai'an fillah pangkal dari rukun iman yang pertama. Karena nikmat Tuhan tiada taranya. Sehingga manusia sering lupa untuk mengungkapkan syukur pada-Nya. Nikmat melihat, nikmat berbicara, nikmat merasakan, dan nikmat melakukan seseuatu. Sedangkan hawa nafsu negatif muncul karena manusia yang menjauh kepada Tuhan. Karena emanasi Tuhan kepada manusia berupa kebahagiaan dan ridha untuk menyembahNya. Maka carilah emanasi Tuhan dengan melakukan ibadah wajib dan ibadah hati.
Sungguh manusia yang merasa benar pada hakikatnya manusia yang hanya dibenarkan oleh hawa nafsu negatif. Hingga secara spontan manusia diselimuti paham hagemoni. Dengan hagemoni inilah manusia hanya ingin berteman dengan harta, bukan berteman dengan Tuhan. Pelarian manusia pada harta bermuara pada hati yang sakit. Bagaimana tidak mencari nafkah tanpa kenal waktu dan ibadah. Harta tidak mampu menolong manusia dari siksaanNya. Harta hanya habis sekejap mata. Harta hanya kumpulan yang laku di dunia akan tetapi tidak berlaku untuk akhirat. Jika kita lihat orang yang meninggal hanya berbalut kain kafan bukan dengan kepingan emas yang mampu membeli isi dunia. Renungan ini khusus untuk menyadarkan penulis untuk memantabkan kata ana uhibu sai'an fillah di hati dan akal.
Hawa nafsu terbagi 2 yaitu hawa nafsu positif dan negatif. Hawa nafsu positif terpatri apabila manusia melakukan sesuatu karena dan untuk Allah. Disitulah cerminan mukmin sejati dimana Tuhan merupakan tujuan akhir dari segala kehidupan. Karena ungkapan ana uhibu sai'an fillah pangkal dari rukun iman yang pertama. Karena nikmat Tuhan tiada taranya. Sehingga manusia sering lupa untuk mengungkapkan syukur pada-Nya. Nikmat melihat, nikmat berbicara, nikmat merasakan, dan nikmat melakukan seseuatu. Sedangkan hawa nafsu negatif muncul karena manusia yang menjauh kepada Tuhan. Karena emanasi Tuhan kepada manusia berupa kebahagiaan dan ridha untuk menyembahNya. Maka carilah emanasi Tuhan dengan melakukan ibadah wajib dan ibadah hati.
Sungguh manusia yang merasa benar pada hakikatnya manusia yang hanya dibenarkan oleh hawa nafsu negatif. Hingga secara spontan manusia diselimuti paham hagemoni. Dengan hagemoni inilah manusia hanya ingin berteman dengan harta, bukan berteman dengan Tuhan. Pelarian manusia pada harta bermuara pada hati yang sakit. Bagaimana tidak mencari nafkah tanpa kenal waktu dan ibadah. Harta tidak mampu menolong manusia dari siksaanNya. Harta hanya habis sekejap mata. Harta hanya kumpulan yang laku di dunia akan tetapi tidak berlaku untuk akhirat. Jika kita lihat orang yang meninggal hanya berbalut kain kafan bukan dengan kepingan emas yang mampu membeli isi dunia. Renungan ini khusus untuk menyadarkan penulis untuk memantabkan kata ana uhibu sai'an fillah di hati dan akal.
0 Komentar