Allah menciptakan siang dan malam untuk kehidupan manusia. Tentu
manusia harus bisa mengatur waktu antara mencari kebutuhan dunia dan akhirat.
Kebutuhan dunia berkaitan dengan mencari nafkah. Sebagaimana Allah berfirman: “Dan
Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”(QS: An-Naba:11). Ayat
tersebut mengindikasikan bahwa Allah menganjurkan manusia untuk mencari
kehidupan yang layak dengan bekerja. Akan tetapi pekerjaan yang ditekuninya
harus disertai niat karena-Nya.
Akan terlihat
berbeda antara manusia yang bekerja karena Allah dan manusia yang bekerja
dengan sebab kebutuhannya. Manusia yang berkerja karena Allah, ia memulai pekerjaannya dengan niat, bersabar,
mengerjakan pekerjaannya penuh tanggung jawab, dan menyisihkan penghasilannya
untuk disedekahkan. Sedangkan manusia yang bekerja sebab kebutuhannya, ia tanpa
niat dalam pekerjaannya, muncul ego dan emosi bila menghadapi masalah dalam
pekerjaannya, mengerjakan pekerjaannya tanpa tanggung jawab penuh, dan hasilnya
untuk hura-hura.
Tatkala Rasulullah
duduk di dalam suatu majelis bersama para sahabatnya. Maka mereka melihat
seorang pemuda yang kulitnya hitam legam, kekar ototnya, dan pemuda tersebut
keluar lebih pagi untuk bekerja. Maka para sahabat berkata sungguh kasihan ia,
walau masih muda akan tetapi kekuatannya digunakan di jalan Allah. Maka Nabi
bersabda: “Jangan kalian berkata
demikian, maka sesungguhnya pemuda tersebut jika ia keluar mencari nafkah untuk
anaknya yang masih kecil maka ia berjalan di jalan Allah, apabila ia keluar
mencari nafkah untuk diri sendiri untuk beban hidupnya maka ia berjalan di
Allah, akan tetapi jika ia keluar mencari nafkah untuk pamer dan sombong maka
ia telah berjalan di jalan syetan.”
Hadis di atas
menunjukan bahwa mencari nafkah merupakan bagian dari kewajiban manusia untuk
memfasilitasi kehidupan di dunia. Namun dalam mencari nafkah, tidak boleh luput
dari ibadah dan doa kepada-Nya. Karena ibadah dan doa merupakan jalan kemudahan
dalam pekerjaan yang kita tekuni. Sebaliknya jika seseorang hanya ibadah dan
berdoa akan tetapi ia tidak bekerja maka hal ini akan menjadi terlarang.
Sebagimana Sayyidina Umar bin Khatab berkata dalam halaqahnya, Janganlah
satu diantara kalian hanya duduk meminta rezeki kepada
Allah dengan berkata: “Ya Allah berilah rezeki kepada saya”.
Sungguh kalian mengetahui bahwa langit tidak menurunkan emas dan perak.
Mencari nafkah untuk membeli kebutuhan jasmani
dan ibadah untuk menaungi kebutuhan rohani, dua aktivitas yang perlu
diperhatikan oleh manusia. Sebab keseimbangan keduanya akan menjadikan manusia
sukses dan bahagia. Ibnu Mas’ud pernah berkata: “Sungguh aku sangat benci
jika ada seseorang berleha-leha, ia tidak mengerjakan urusan dunia dan tidak
melakukan aktivitas ukhrawi.” Perkataan Ibnu Mas’ud mengandung hikmah
bahwasannya manusia yang berleha-leha seperti yang didekripsikan di atas akan
berdampak pada khayal dan panjang angan-angan.
Kondisi demikian
juga pernah terjadi, ketika Imam Ahmad bin Hanbal RA ditanya oleh seseorang,
“Apa yang engkau katakan ketika ada
seseorang yang hanya duduk di rumahnya dan di masjid”. Lalu orang itu
melanjutkan, lantas apakah jika aku tidak bekerja apa-apa sampai rezeki datang
sendiri kepadaku? Ini seseorang pemuda yang jahil ilmu. Adapun Rasulullah
pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah memberikan rezekiku di bawah bayangan
tombakku.
Namun pekerjaan
seperti apa yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya. Hal ini selalu menjadi
pertanyaan di benak kita. Pernah suatu kali Rasulullah ditanya “Wahai
Rasulullah pekerjaan apa yang paling baik menurutmu?” Rasulullah menjawab, “Pekerjaan
seseorang dengan jerih payahnya sendiri, dan setiap perdagangan yang jujur.
Lalu Rasulullah melanjutkan, “Sebaik-baik pekerjaan yaitu pekerjaan
seseorang yang bekerja dengan jujur”.
Hadis tersebut menunjukkan betapa bijaknya jawaban Rasulullah.
Sebab Rasulullah tidak langsung menyebutkan profesi dari pekerjaaan yang
menurutnya benar. Akan tetapi, ia memberikan tiga jawaban yang menandakan
manusia bisa memilih dari kemampuannya.
Jawaban pertama bahwa ia menginginkan bahwa seseorang tidak bergantung
pada orang lain dengan cara meminta-minta. Jawaban kedua, ia secara implisit
bahwa dirinya pernah mencari nafkah dengan cara berdagang. Namun perdagangan
tersebut yang sesuai dengan adanya rukun dan akad yang sesuai dengan syariat.
Jawaban terakhir, ia ingin memberitahukan bahwa apapun profesi dari perkerjaan
seseorang maka kejujuran merupakan kunci dari kesuksesan.
0 Komentar