Renungan Subuh tentang Likeability beberapa hari lalu, dikomentari seorang sahabat, Kiayi Yusuf Suharto, M,Ag---entah bercanda atau tidak---- beliau komentar: “ Request nih, kapan-kapan mengangkat judul “good looking”. Untuk menjaga pertemanan dan hubungan baik serta supaya tidak kualat dengan orang alim yang sudah berbaik hati menyempatkan diri mampir, bersilaturrahim dan bermalam di ‘gubuk” saya, ya ….akhirnya saya membaca-baca tentang good looking dan mencari tahu tentang “makhluk” ini. Jujur saya katakan bahwa “makhluk” ini juga sama dengan likeability yang baru tumben saya dengar…he he. Jadi perlu difahami bila renungan ini ditulis dengan referensi dan pengetahuan yang amat terbatas terhadap “ makhluk baru” ini. Mudah-mudahan masih bisa memberikan manfaat walau dengan keterbatasan tersebut. Amiin.
Alhamdulillah setelah buka kamus terjemah via google, saya jadi tahu makna good looking. Secara bahasa good looking bermakna ganteng, cakep, bagus, tampan dan yang semisalnya. Intinya kata ini ingin menggambarkan tentang penampilan yang menarik dan enak dilihatnya.
Bila kita mentadabburi al-Qur-an surat ar-Ruum ayat 30, kita akan memahami bahwa Allah SWT menanamkan fithrah dalam jiwa kita. Dan salah satu fithrah insaniyah kita adalah sangat suka pada keindahan, karena dengan keindahan, hidup akan terasa senang, nyaman dan tenteram. Berpenampilan rapi, bagus sehingga enak dilihat itu adalah suatu keindahan. Dan Allah itu maha indah serta suka dengan keindahan, sebagaimana hadits berikut ini:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَناً وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قاَلَ: إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji jagung. Ada yang bertanya:” Sesungguhnya setiap orang suka---memakai--- baju yang bagus/indah, dan sandal/alas kakinya juga bagus/indah (apakah ini termasuk sombong). Rasul SAW bersabda:” Sesunggguhnya Allah iitu indah dan suka pada keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” ( Fath al-Bari Syarah Shohih Imam Bukhori, halaman 271, dikutip hadits dari riwayat Muslim).
Di hadits lain disebutkan:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ
‘ Sesungguhnya Allah suka melihat adanya (tampaknya) bekas nikmat yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya. ( Imam an-Nawawi, Riyadh al-Sholihin Hadits no.803)
Dari hadits-hadits di atas, terlihat betapa Islam sangat memperhatikan penampilan. Kita dianjurkan untuk berpenampilan dengan bagus. Penampilan bagus ini tidak hanya terkait dengan penampilan fisik tapi juga hati. Artinya penampilan fisik kita dilandasi dengan hati yang juga bagus, oleh karenanya hadits di atas dikaitkan dengan sifat sombong. Selama kita berpenampilan bagus, dengan memakai pakaian yang bersih, rapi dan juga bagus---tidak mesti mahal--- sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang Allah anugerahkan, tidak mengapa selama niatnya bersyukur lillahi ta’ala dan tidak ada rasa sombong serta tidak melanggar hal-hal yang dilarang.
Jadi dalam berpenampilan seorang muslim juga memperhatikan hatinya jangan sampai penampilan fisiknya indah tetapi hatinya tidak. Karena walau bagaimanapun amalan hati sangat berpengaruh pada amalan atau penampilan fisik. Bahkan dalam hadits dikatakan bahwa Allah tidak memandang fisi-lahiriah kita, tapi hati kita yang dipandang. Dan kita jangan terbuai dengan penampilan fisik dengan mengabaikan hati. Perbaiki tampilan hati in syaa Allah baik pula tampilan fisik---meminjam istilah dalam dunia kecantikan ada yang namanya inner beauty. Dalam satu hadits Rasul SAW bersabda: “
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ "."...
“Ingatlah sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik maka baik pula seluruh jasad, namun apabila segumpal daging itu rusak maka rusak pula seluruh jasad. Perhatikanlah, bahwa segumpal daging itu adalah hati. ( HR. Bukhori-Muslim).
Oleh karenanya kita tata hati kita karena karena apa yang nampak secara zahir merupakan aktualisasi dari apa yang ada pada batin/hati, sebagaimana Hikam Athoillah as-sakandariy mengatakan:
مَا اسْتُودِعَ فِي غَيْبِ السَّرَائِرِ ظَهَرَ فِي شَهَادَةِ الظَّوَاهِرِ
“Apa yang tersimpan dalam kegaiban batin/hati, akan teraktualisasikan pada zahirnya.”
Namun jangan juga hanya fokus melulu pada amalan hati, tapi lalai pada amalan fisik. Hendaknya kedua-duanya harus diperhatikan. Karena amalan hati hakikatnya hanya kita dan Allah SWT yang tahu. Manusia umumnya hanya melihat yang zahir, yang nampak. Oleh karena itulah rasul SAW juga mendorong umatnya untuk memperhatikan hal-hal yang bersifat lahiriah. Dan dalam konteks pembahasan kita adalah penampilan kita yang memang dilihat orang lain. Mengapa….karena penampilan tersebut disamping untuk kepentingan kita secara pribadi juga untuk kepentingan orang lain dan agama kita. Jangan sampai penampilan fisik kita yang kumuh, tidak rapi dan tidak bagus, mengganggu orang lain dan membuat izzah/kemuliaan Islam turun karena penampilan kita tersebut.
Demikian pentingnya penampilan yang baik, dalam satu riwayat Rasulullah SAW pernah menunjukkan sikap tidak suka saat melihat seorang muslim yang tampilannnya kurang baik dimana orang tersebut mengenakan pakaian yang kotor. Jabir bin Abdullah ra. Bercerita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangiku:
فَرَأَى رَجُلاً شَعِثًا قَدْ تَفَرَّقَ شَعْرُهُ فَقَالَ « أَمَا كَانَ يَجِدُ هَذَا مَا يُسَكِّنُ بِهِ شَعْرَهُ ». وَرَأَى رَجُلاً آخَرَ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ وَسِخَةٌ فَقَالَ « أَمَا كَانَ هَذَا يَجِدُ مَاءً يَغْسِلُ بِهِ ثَوْبَهُ »
“Beliau melihat seorang lelaki yang acak-acakan rambutnya. Rasulullah bersabda, ‘Tidakkah orang ini mendapatkan sesuatu untuk merapikan rambutnya?’ Kemudian beliau melihat seorang lelaki yang kotor pakaiannya. Beliau bersabda, ‘Tidakkah orang ini mendapatkan air untuk mencuci pakaiannya?‘” (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i).
Dalam surat al-A’raf juga dijelaskan agar kita berpakaian yang bersih dan bagus:
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
Wahai anak-anak Adam! Kenakanlah pakaian yang menutupi aurat dan mempercantik penampilan kalian, yaitu pakaian yang bersih dan suci, ketika kalian menunaikan salat dan melaksanakan tawaf. Makanlah dan minumlah apa saja yang baik yang dihalalkan oleh Allah, tetapi jangan berlebih-lebihan dan jangan melampaui batasan yang wajar dalam hal itu. Dan jangan beralih dari yang halal menuju yang haram. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan ( Q.S al-A’raf : 31)
Ayat di atas betapa jelas Allah memerintahkan kita untuk berpakaian indah setiap memasuki masjid dan hendak menunaikan solat. Dengan demikian, sejatinya seorang muslim tidak pantas untuk berpakaian kumuh dan kotor. Tapi juga jangan berlebih-lebihan yang akhirnya menimbulkan kesombongan. Untuk itulah seorang muslim disunnahkan untuk mandi, berwudhu, menggosok gigi dan berpakaian rapi serta memakai minyak wangi, terutama ketika akan berkumpul dengan banyak orang, misalnya solat jumat berjamaah:
إذا جاء أحدكم إلى الجمعة فليغتسل
“Apabila salah seorang diantara kalian pergi sholat jumat hendaknya dia mandi” (HR Bukhori-Muslim).
لَا يَغْتَسِلُ رَجُلٌ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَيَتَطَهَّرُ مَا اسْتَطَاعَ مِنْ طُهْرٍ وَيَدَّهِنُ مِنْ دُهْنِهِ أَوْ يَمَسُّ مِنْ طِيبِ بَيْتِهِ ثُمَّ يَخْرُجُ فَلَا يُفَرِّقُ بَيْنَ اثْنَيْنِ ثُمَّ يُصَلِّي مَا كُتِبَ لَهُ ثُمَّ يُنْصِتُ إِذَا تَكَلَّمَ الْإِمَامُ إِلَّا غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْأُخْرَى. رواه البخاري.
“Tidaklah seseorang mandi pada hari Jumat, membersihkan diri semampunya, memakai minyak rambut, atau memakai minyak wangi kemudian keluar menuju salat Jumat dengan tidak memisahkan antara dua orang (di tempat duduk mereka di dalam masjid), lalu salat semampunya dan diam ketika imam (khatib) berbicara/berkhutbah kecuali diampuni baginya dosa di antara Jumat itu dengan Jumat lainnya.” (H.R. Al-Bukhari).
Akhirnya bila kita ingin mengikuti Sunnah Rasul SAW, alangkah indahnya kita memperindah penampilan sehingga kita menjadi pribadi yang ‘Good Looking” menarik dan bagus dalam pandangan orang lain---dengan tidak lupa meluruskan niat, bukan karena riya dan sombong. Dan yakinlah bila kita berpenambilan baik dimana saja kira berada serta orang suka dan tidak tergangggu dengan penampilan kita, in syaa Allah itu akan menjadi ladang amal kebaikan kita juga. amiin
Tata hati dan tampilan fisik kita, In syaa Allah kita menjadi hamba yang disukai Allah SWT dan disukai hamba Allah yan
1 Komentar