Kasus COVID-19 ini dalam Islam disebut sebagai tha’un
yang artinya wabah atau pandemi karena bisa menimpa dan menulari begitu banyak
orang tak pandang jenis kelamin, usia, kebangsaan, atau agama dalam suatu
wilayah atau bahkan meluas ke banyak wilayah. Tha’un lebih spesifik daripada
waba’ karena waba’ itu sendiri hanya merujuk pada penyakit menular secara umum.
Kedua penjelasan tersebut bersumber dari Ibnu Hajar al-Asqalani dimana beliau
bersandar pada pendapat para ulama ahli bahasa maupun kedokteran, semisal
al-Khalil (pengarang kitab An-Nihayah), Abu Bakar Ibnu al- Arabi, Abul Walid
al-Baji, al-Mutawalli, al- Ghazali, dan Ibnu Sina.
Adapun berikut adalah hadits-hadits yang saya kutip merujuk pada tha’un serta peristiwa tha’un pada masa kaum-kaum terdahulu :
1. Dari
Usamah Ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Thaun adalah wabah yang dikirim
kepada satu kelompok dari Bani Israil atau kepada orang-orang sebelum kalian.
Jika kalian mendengarnya di suatu negeri, maka janganlah kalian mendatanginya.
Dan jika Thaun menjangkiti suatu negeri sementara kalian disana maka jangan
keluar untuk menghindarinya.” Abu Nadhr berkata, Jangan ada yang membuatmu
keluar selain untuk menghindarinya.’ (HR Al Bukhari 3473, Muslim 2218,
At-Tirmidzi 1065, Ahmad 5/201, Al-Bukhari 5729, Abu Dawud 3103).
2.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ آيَةُ الرِّجْزِ ابْتَلَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
بِهِ نَاسًا مِنْ عِبَادِهِ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فَلَا تَدْخُلُوا عَلَيْهِ
وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَفِرُّوا مِنْهُ
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah
suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya
dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di
suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu
berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.”
(HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).
Dari kedua hadits tersebut saya pahami bahwasannya pernah terjadi kasus serupa COVID-19 pada kaum-kaum terdahulu yang disebut sebagai tha’un. Saat itu, tha’un dijadikan sebuah peringatan dari Allah untuk menguji hamba-hambaNya (kaum muslim) dan sebagai azab kepada Bani Israil.
Adapun solusi yang dijelaskan dalam hadits nabi ialah
:
1. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ
بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ
“Semua penyakit ada obatnya. Jika cocok antara penyakit dan
obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah.” [HR. Muslim]
2. Dalam
riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَل لَهُ شِفَاءً
“Tidaklah Allah Ta’ala menurukan suatu penyakit,
kecuali Allah Ta’ala juga menurunkan obatnya.” [HR. Bukhari]
3. Dalam riwayat Bukhari dan Muslim,
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah yang
sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah)
Dari ketiga hadits tersebut dapat
dianalisis bahwasannya ketika terjadi wabah penyakit menular, maka kita harus
yakin bahwasannya segala penyakit ada penawarnya. Maka dari itu, kita harus
optimis bahwa pandemi COVID-19 ini pula akan dapat ditemukan obatnya sehingga
tidak lagi mengganggu aktivitas masyarakat global.
Dalam riwayat Bukhari dan Muslim
juga dijelaskan bahwa yang sakit jangan dicampurbaurkan dengan yang sehat. Atas
landasan tersebutlah tentunya saat ini para ahli dan para ulama’ setuju untuk
menetapkan jaga jarak (social distancing)
dan pemberlakuan PSBB di Indonesia sudah sangat tepat sejalan dengan anjuran
nabi sebagai solusi mengurangi dampak wabah itu sendiri.
0 Komentar