1.
Sayyid Yusuf (SY) : Sejak kapan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf berdakwah?
Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf (HAA): Beliau
berdakwah sejak beliau belum keluar dari sekolah Jamiat Khair. Sebab beliau
belajar di Jamiat Kheir sampai akhir hayatnya.
2. SY: Dimana
pertama kali Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf berdakwah ?
HAA: Tentunya sekitar
dimana ia tinggal diantaranya Bukit Duri, Citayam, dan tempat-tempat yang ia
kunjungi
3. SY: Bagaimana
cara berdakwah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf ?
HAA: Yang pertama yang
beliau lakukan dengan memberikan pelajaran-pelajaran dasar agama Islam dalam
bentuk Bahasa Arab dan kitab-kitab yang disesuaikan dengan anak didiknya.
4. SY: Bagaimana
hubungan dakwah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dengan tasawuf ?
HAA: Beliau berdakwah
sekaligus memperaktekan apa yang ada di dalam ajaran tasawuf amali yang banyak
beliau ambil dari karangan-karangan sahibul ratib Al-Habib Abdullah bin Alwi
al-Haddad. Sahibul ratib Al-Haddad merupakan sosok tokoh tasawuf amali pada
tarekat Alawiyah. Dimana beliau memberikan pekenanan khusus pada dan sekaligus
memperbaharui akhlak (moral) dan penguasaan diri yang bersifat puritan dan
membuang praktek-praktek yang berlebihan pada tasawuf sebelumnya.
5. SY: Bagaimana
penggunaan bahasa tasawuf Habib Abdurraman bin Ahmad Assegaf ?
HAA: Mungkin karena beliau
lahir dan besar di daerah Bogor yang sarat dengan pengamalan –pengamalan akhlak
maka terlihat sekali dari pesan-pesannya kepada saya saat saya pertama kali
berdakwah yaitu jangan sekai-kali kau mengucapkan “Kamu” kalau menghadapi umat.
Namun perlihatkanlah kasih sayangmu kepada orang-orang yang kau akan dakwahkan.
6. SY: Bagaimana
pendekatan tasawuf Habib Abdurrahman bin Assegaf jika berintraksi dengan
masyarakat ?
HAA: Beliau ini bukan
sebatas melakukan pendekatan dalam artian memberikan sesuatu wejangan saja
dengan masyarakat yang dekat, bahkan sampai orang yang jauhpun ia datangi untuk
memberikan dakwah. Bukan hanya wejangan dakwah saja yang beliau berikan kepada
orang-orang yang baik kenal maupun yang ia tidak kenal akan tetapi apa yang ia
milikinya selagi ia bisa kasih maka ia berikan dengan ikhlas
7. SY: Mengapa
Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dikenal sebagai sosok sufi amali ?
HAA: Karena tutur kata
almarhum dengan perbuatan seirama dan senafas. Sehingga beliau mendapat derajat
yang tinggi disisi Allah Swt dan dihormati serta disegani oleh ulama-ulama
lokal dan internasional.
8. SY: Bagaimana
cara pengamalan tasawuf Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf ?
HAA: Terlihat sekali dari
kesederhanaan hidup beliau, dan bagaimana shalat beliau sampai akhir hayatnya seperti Rasulullah. Apabila manusia awam
melihat cara shalat beliau sudah terlalu capek. Apalagi wudhunya yang begitu
tartil, shalatnya yang tartil, penyampaian mengajarnya sangat menyentuh kalbu. Adapun
perkataannya lembut dan satu persatu begitu jelas dan logis. Sehingga kata-kata
beliau yang sudah berpuluh-puluh tahun diucapkannya akan tetapi masih teringat
oleh murid-muridnya hingga hari ini.
9. SY: Mengapa
syiar dakwah tasawuf Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dikenang oleh
masyarakat dan murid-muridnya?
HAA: Suatu pengajaran atau dakwah tidak dikenang oleh murid-muridnya dan masyarakat apabila pengajar terlebih dulu mempraktekan apa yang dia akan ucapkannya. Seperti contohnya merokok, betapa murid-murid beliau tidak merokok karena melihat sosok Habib Abdurrahman Assegaf tidak merokok.
10. SY: Adakah
buku-buku karangan beliau yang menyentuh dunia tasawuf ?
HAA: Yang menyentuh dari
dunia tasawuf terdengar dari ucapan-ucapannya yang lembut dan tulus ikhlas.
Adapun karangan-karangan beliau berbentuk nazom (sajak dalam bahasa Arab)
antara lain Hilyatu al-Janan fi Hadi al-Quran (dalam bahasa Sunda), Safinah as-Said fi Ilmi at-Tauhid, dan Bunga
Melati. Di akhir pembicaraan Habib Ali
bin Abdurrahman Assegaf meneteskan air mata dan berkata, “Suf, ana gak kuat
kalo bicarakan walidi, sudah ini saja yang bisa walid sampaikan.”
0 Komentar