Problematika dan kesulitan yang mendera manusia terkadang membuatnya pesimis. Implikasinya pada tekanan psikis manusia diantaranya stress, depresi, dan keputusasaan. Padahal Allah sudah maktubkan di dalam Al-Quran, bahwa dengan manusia bertaqwa maka ia akan diberi solusi. Sebagaimana QS Al-Thalaq [65] : 2-3
...... وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ
مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ
حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ.... (3)
“Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”
Takwa
merupakan kunci dari manusia menghadapi permasalahan-permasalahan hidup. Imam
Haddad memberikan definisi takwa yaitu taat kepada Allah tanpa bermaksiat
padanya, selalu ingat pada-Nya tanpa melupakannya, dan selalu bersyukur tanpa
melakukan kekufuran. (Imam Haddad:2013:14). Definisi tersebut mengisyaratkan
bahwa seorang yang bertakwa yaitu orang yang selalu dekat dengan Allah Swt.
Allah Swt juga suka pada orang yang bertakwa. Sebagaimana hal tersebut
termaktub dalam QS al-Imran [3]:76:
بَلَىٰ مَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ وَاتَّقَىٰ فَإِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa
yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa.”
Ekspresi
orang-orang yang bertakwa dalam mentaati perintah-Nya berbagai macam. Di
antaranya ada yang shalat tepat waktu, ada yang selalu membaca al-Quran, ada
yang rajin puasa sunah, ada yang gemar bersodakoh, membantu kesulitan orang
lain, dan mencari kebahagiaan dengan bertabaruk.
Bertabaruk,
kegiatan yang dianggap virus oleh Wahabi. Sebagaimana Muhammad bin Abdul Wahab
berkata dalam risalahnya, “Barangsiapa yang bertabaruk kepada batu dan kayu,
atau menyentuh kuburan atau kubah dengan tujuan bertabaruk (mengambil berkah)
kepada mereka, berarti dia telah menjadikan mereka Tuhan-Tuhan yang lain.”
(Muhammad bin Abdul Wahab: 1992:26)
Pernyataan
Muhammad bin Abdul Wahab seperti autokritik untuk mendeskriditkan ajaran Ahlu Sunnah
wal Jamaah Asy’ariah wa Maturidiyah. Seharusnya ijtihadnya dilandasi dengan
al-Quran, al-Sunnah, dan ijtihad ulama terdahulu. Sehingga sebagian orang
banyak yang terjebak kepada pemahaman yang salah tentang tabaruk dengan Nabi
Muhammad, peninggalannya, keturunannya, dan juga warisannya yaitu ulama dan
para wali Allah. Mereka yang salah jalan tersebut umumnya memahami tabaruk yaitu meminta pengharapan dan permohonan kepada
perantara orang dan benda. Sehingga mereka menghukumi tabaruk yaitu kegiatan
yang syirik dan sesat. (Sayyid Muhammad al-Maliki:2000:156)
Tabaruk,
asal katanya dari barakah yang secara etimologi berarti menambah kebahagiaan. (Ikbal
Zaki:2008:52). Sedangkan kata tabaruk ini identik dengan doa Rasulullah kepada
Sayyidina Abdurrahman bin Auf ketika ia menikah dengan berkata, “Barakawlahu
laka” (semoga engkau diberkahi Allah). Hal tersebut berarti Allah
menjadikan pernikahanmu bertambah kebaikan padamu.” ( HR. Sahih Bukhari No. 6023)
Pengertian
di atas bisa diambil satu perspektif bahwa tabaruk merupakan jalan untuk
bertambahnya kebaikan dan kebahagiaan pada diri seseorang. Kebahagiaan tersebut datang melalui
ibadah, waktu, tempat, benda dan seseorang yang selalu bersama Allah. Sayyid
Muhammad al-Maliki menuturkan bahwa tabaruk tidaklah syirik atau sesat melainkan
ia mencari keberkahan melalui peninggalan-peninggalan, tempat-tempat, dan
orang-orang yang diridhoi Allah sebagai perantara untuk menuju Allah. (Sayyid Muhammad al-Maliki:2000:156)
Syekh Yusuf Khatar
memaknai tabaruk yaitu memohon keberkahan dengan sesuatu telah ditetapkan oleh
Allah. Biasanya memohon keberkahan bisa melalui surat-surat di dalam al-Quran,
makam Rasulullah SAW, segala yang berhubungan dengan Rasulullah, peninggalan
para sahabat dan ulama-ulama shalihin. (Yusuf Khatar:1999:153)
Al-Quran sebagai sumber
keberkahan bagi umat Islam sebagaimana hal tersebut termaktub dalam QS Shad [38]:29
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا
آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai fikiran.”
Keberkahan
al-Quran juga bisa menjadi obat bagi orang-orang yang sakit. Hal ini ditegaskan
oleh Nabi Muhammad SAW, “Hendaklah kalian selalu bersama dua yang menjadi
penyembuh yaitu madu dan al-Quran.”[1] Hadis lain juga dikatakan,
“Sebaik-baik obat yaitu al-Quran.” Melalui hadis-hadis tersebut maka
al-Quran disebut al-Syifa. (Jalaludin al-Suyuthi:2017:416)
Untuk itu ada surah-surah
dan ayat-ayat tertentu di dalam Al-Quran yang diamalkan untuk mendapatkan
keberkahan. Diantaranya, Ayat Kursi, Surat Yasin, Surat al-Waqiah, Surat
al-Ikhlas, Surat al-Falaq, dan Surat an-Nas. Ayat Kursi merupakan surat
al-Baqarah ayat 255, surat ini agung di mata Rasulullah. Sebagaimana Rasulullah
bersabda, “Tuannya Al-Quran yaitu surat al-Baqarah, dan Tuannya surat
al-Baqarah yaitu ayat Kursi. Sesungguhnya pada Ayat Kursi terdapat lima puluh
kata di setiap katanya ada lima puluh keberkahan.”
Nabi juga pernah
berpesan kepada Sayyidina Ali R.A, “Wahai Ali, Ajarkan ayat Kursi kepada
keluargamu, anakmu, dan tetanggamu sebab diturunkannya Ayat Kursi sebagai ayat
yang agung. Barangsiapa yang membacanya (Ayat Kursi) jika sebelum tidur niscaya
Allah akan melindungi dirinya, tetangganya, tetangga-tetangganya dan
rumah-rumah di sekitarnya.”
Surat Yasin
merupakan surat ke 36 di dalam al-Quran. Surat itu terdiri dari 83 ayat.
Tradisi umat Islam Indonesia selalu mengamalkan surat ini pada hari Kamis malam
Jumat. Adapun mereka yang mempunyai hajat biasanya mengamalkannya setelah
shalat fardhu. Sebagian para ahli tafsir al-Quran memaknai kata Yasin yaitu
Wahai Manusia. Ada pula ahli tafsir yang memaknainya dengan Wahai Muhammad SAW.
Selain itu, ada juga yang memaknai Surat Yasin itu nama lain dari nama-nama
Allah. (Hamami Zadah:2007:8)
Rasulullah
bersabda, “Perbanyaklah membaca surat Yasin ini, maka sesungguhnya pada surat
tersebut ada khasiat-khasiat yang banyak”. Adapun beberapa ulama mensyarahkan
hadis ini sebagai berikut: “Sesungguhnya seorang yang lapar apabila ia
membacanya dengan hati yang khusyu’ maka Allah akan mengenyangkannya melalui
karunianya. Jika seseorang yang dalam keadaan takut membaca surah Yasin maka
Allah akan menghilangkan rasa resah dan ketakutannya. Apabila seseorang yang
fakir membaca surat Yasin maka Allah akan melunasi hutangnya. Apabila seseorang
yang mempunyai hajat (kebutuhan) membaca surat Yasin maka Allah akan
mengabulkan hajat-hajatnya.” (Hamami Zadah:2007:8)
Lantas, Kapan
waktu yang baik untuk membaca surat Yasin Tersebut? Nabi bersabda, “Barangsiapa
yang membaca surat Yasin pada siang hari maka dia, keluarganya, hartanya,
keuangannya, dan anaknya dalam lindungan Allah Swt. Barangsiapa yang membacanya
pada waktu subuh maka tidak hilang kebahagiaan padanya hingga waktu sore.
Barangsiapa yang membacanya di waktu petang maka Allah akan menjaganya hingga waktu
subuh.”
Surah al-Waqi’ah adalah surat ke-56 dalam
al-Quran, terdiri 96 ayat, dan termasuk kelompok surat Makkiah. Dinamai surat
al-Waqi’ah diambil dari kata al-Waqi’ah (Hari Kiamat) yang terdapat dalam ayat
pertama surat ini. Rasulullah senantiasa membaca surat al-Waqiah sepanjang
hidupnya, hingga sebagai penekanan diupamakan bahwa surah ini sampai membuat
beliau beruban. Sebagaimana beliau bersabda:
عن أبن عباَّس قال: قال أبوابكر
رضي الله عنه يا رسول الله قد شبت قال شيِّبَتني هودُ و الواقِعَةُ و المرسلاتُ و
(عمَّ يتساءلون) و (إذا الشمس كوّرَت)
Ibnu Abbas menceritakan bahwa Abu Bakar RA.
berujar, “Wahai Rasulullah, engkau beruban.” Rasulullah SAW menimpali, “Surah
Hud, al-Waqi’ah, al-Mursalat, ‘Amma yatasa’alun (Surah an-Naba’) dan Surat
al-Takwir telah membuatku beruban.” (Hadis Hasan diriwayatkan oleh At-Tirmizi dalam
Sunan At-Tirmizi)
Melihat hadis di atas, menunujukkan bahwa surat al-Waqi’ah mempunyai kedudukan penting di dalam al-Quran. Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membaca Surat al-Waqi’ah di setiap malam maka ia tidak tertimpa kemiskinan.” Sabda Rasulullah tentang surat al-Waqi’ah tersebut menjadi motivasi bagi umat muslim untuk membaca dan mengamalkannya.
Habib Umar bin Hafidz di dalam susunan wirid
kesehariannya (Khulasoh al-Madad), beliau menempatkan surat al-Waqi’ah untuk di
baca setelah shalat Ashar. Sebagaimana ada perkataan ulama, “Barangsiapa
yang membaca surat al-Waqi’ah setelah shalat Ashar, maka secepatnya mungkin
dikabulkan oleh Allah SWT.”[2] (Shaleh:2009:535)
Al-Ikhlas merupakan surat ke-112. Surat ini
terdiri dari 4 ayat, sehingga surat ini mudah dihafal. Surat tersebut
menceritakan tentang ke-esaan Allah Swt. Adapun rahasia-rahasia pada surat ini
begitu banyak. Bahkan ada Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Ubay bin
Kaab, “Barangsiapa yang membaca surat al-Ikhlas sekali maka seolah-olah ia
membaca sepertiga al-Quran”
Hadis Nabi diatas mengindikasikan bahwa surat
al-Ikhlas adalah surat yang bisa diamalkan oleh seorang muslim. Tentu
pengamalannya akan berdampak positif bagi dirinya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa
yang pulang ke rumahnya dengan membaca alhamdulillah dan surat al-Ikhlas maka
Allah menjauhkan kemiskinan padanya dan memperbanyak kebaikan pada rumah
tersebut.” Sabda Rasulullah yang lain, “Barangsiapa yang membaca surat
al-Ikhlas sekali sampai masuk rumahnya maka dijauhkan atasnya kemiskinan.”.
Dua hadis di atas memberikan kabar gembira dan
bahagia bagi seorang muslim. Sebab Nabi Muhammad menganjurkan seorang muslim
untuk melazimkan dan mendawamkan surat al-Ikhlas. Sebab harapannya seorang
muslim bisa keluar dari zona kemiskinan. Karena umat muslim yang ekonominya
menengah ke atas wajib membantu kepada muslim yang ekonomi menengah ke bawah.
Sehingga hal tersebut akan menghilangkan kesenjangan sosial sesama muslim.
Biasanya surat al-Ikhlas dibacanya beriringan dengan surat al-Falaq dan an-Nas. Julukan bagi surat al-Falaq dan an-Nas yaitu al-Muawizatain. Arti al-Muawizatain itu sendiri yaitu surat yang dimulai dengan taawudz. Kedua surat tersebut mempunyai khasiat yang ampuh bagi manusia yang diganggu oleh jin dan juga manusia. Sebagaimana hadis yang dikeluarkan oleh Imam Turmudzi dan Imam Baihaqi serta selain dari mereka berdua yaitu Abi Sa’id al-Khudri r.a berkata bahwa Rasulullah pernah membaca taawudz (au’dzu) dari a’in jin dan ai’n manusia, maka ketika itu juga turun surah al-Falaq dan an-Nas (al-Muawizatain) langsung Rasulullah membaca keduanya dan meninggalkan taawudz sebelumnya.
Gambar diambil dari : news.detik.com
0 Komentar