Ikhlas, sikap yang
gampang diucapkan akan tetapi sulit dimplementasikan. Sikap ikhlas pastinya ada pada
diri Nabi Muhammad Saw. Sebab beliau merupakan role model dari sifat mulia tersebut.
Keihklasan beliau antara lain keikhlasan dalam menyebarkan agama, keikhlasan
dalam menerima hal yang kurang menyenangkan, dan keikhlasan dalam memberikan
sesuatu kepada orang lain. Keikhlasan-keikhlasan tersebutlah yang memberikan
dampak dirinya selalu mendapat pertolongan dari Allah Swt.
Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt hanya menolong umat ini karena
kelemahannya, doa mereka, keikhlasan mereka, dan shalat mereka."
Syekh Yahya bin Muadz pernah ditanya tentang ikhlas, maka beliau
menjawab, “Ikhlas itu memisahkan pekerjaan dari cacat seperti susu yang terpisah dari ampas dan
keraknya.” Pernyataan
tersebut memberikan gambaran bahwa ikhlas itu sikap murni yang disadari oleh
manusia dalam merasakan apa-apa yang dialami dan diteriman olehnya. Outputnya
orang tersebut lebih survive dalam hidupnya.
Syekh Abu Utsman Al-Hirri memberikan statmen tentang ikhlas yaitu melupakan penglihatan makhluk itu terbatas, dan mendawamkan penglihatan hanya kepada Allah. Pernyataan Abu Utsman memberikan satu pandangan bahwa penglihatan mahluk itu terbatas pada sisi zahirnya saja sedangkan sisi bathinnya hanya Allah yang mengetahui. Sedangkan sisi yang lain dalam ikhlas yaitu berniat, berbuat, dan bertindak hanya mencari ridha Allah semata . Sehingga hal-hal yang sudah dikerjakan tidak akan menyesal di kemudian hari.
Syekh
Murtai’sy berkata, “Sebenar-benarnya interaksi antar manusia seluruhnya ada
dua bentuk, sabar dan ikhlas, sabar atas ikhlas dan ikhlas ata sabar.” Saat itu
ada yang bertanya, “Wahai Syekh lantas bagaimana orang yang ikhlas itu?” Syekh
Menjawab, “Orang yang ikhlas itu apabila hatinya terpaut kepada Allah ia
menjadi tenang, dan apabila hatinya terpaut kepada manusia maka ia akan
gelisah.”
Pernyataan
Syekh Murtai’sy memberikan satu konsep ikhlas, bahwa ikhlas tidak terlepas dari
adanya sabar. Sebab keduanya sikap yang saling memberikan pengaruh. Sehingga
orang yang sabar akan ikhlas, dan orang yang ikhlas pasti karena kesabarannya.
Maka seseorang yang ikhlas pasti akan tenang dalam menghadapi kenyataan, baik
kenyataan baik atau buruk yang diterimanya. Karena ia menganggap sesuatu yang
diterimanya adalah kehendak yang baik dari Allah.
Sedangkan
Syekh Dzun Nur al-Misri berkata, “Tidak sempurnanya ikhlas kecuali dengan
kebenaran padanya, dan sabar beserta padanya. Kebenaran itu tidak sempurna
kecuali dengan keikhlasan padanya, dan terus menerus dalam menjalankannya.”
Pendapat
Dzun Nun di atas bisa diambil satu pandangan bahwa ada korelasi antara ikhlas,
kebenaran, dan sabar. Maka sesuatu yang dikerjakan manusia dengan benar dan
sesuai pada prosedur maka akan ditemukan kesabaran dan kehati-hatian dalam
pekerjaan tersebut. Sehingga output atau hasil pekerjaannya akan berbuah
ikhlas.
0 Komentar