Orientasi kerja terkadang adalah
mendapatkan uang. Paradigma tersebut akan berdampak pada money oriented
dan cinta kepada dunia yang berlebihan. Sehingga hal tersebut akan menafikan
profesionalitas yang dimiliki seseorang. Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya
Allah mencintai seorang mukmin yang menjaga profesionalitasnya.” Hadis
tersebut memberi isyarat bahwa menjaga profesionalitas akan berimplikasi pada
keimanan seseorang.
Tentu dalam menjaga profesionalitas
seseorang yang beriman berbeda dengan orang awam. Profesionalitas seseorang
mukmin yaitu bisa menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah dalam
pekerjaannya. Misalnya, korupsi di dalam pekerjaan merupakan tindakan yang
tidak profesional. Karena perbuatan tersebut akan merugikan orang lain, institusi,
bahkan merugikan diri sendiri.
Nabi Muhammad bersabda, “Allah Swt
memperkenalkan kepada Nabi Adam A.S seribu profesi dari profesi yang ada di
bumi. Lalu Allah berkata kepadanya (Adam AS): “Katakanlah kepada anakmu dan
keturunanmu, “Jika kalian tidak bersabar …… maka hendaklah kalian mencari
dunia dengan salah satu profesi ini, dan janganlah kalian mencarinya melalui
agama, karena sesungguhnya agama milikku itu satu yang murni. Celakalah bagi
siapa yang mencari dunia dengan agama, dan celakalah padanya.”
Hadis itu tersurat bahwa seseorang mencari pekerjaan melalui menjual ayat-ayat Al-Quran atau hadis nabi Muhammad Saw merupakan jalan yang salah. Karena di dalam berdakwah harus Lillahi ta’ala. Karena tugas para da’i yaitu menyampaikan kebenaran dan meluruskan perspektif yang salah di dalam lingkungan sosial. Sehingga secara tersirat bahwa da’i bukanlah profesi untuk mencari keuntungan akan tetapi ia adalah penuntun umat ke arah yang lebih baik.
Sesungguhnya setiap seseorang dari
nabi-nabi yang Allah utus ke muka bumi memiliki profesi untuk menghidupi
keluarganya. Nabi Adam AS adalah seorang yang berladang dan bertenun, Siti Hawa
yaitu adalah seorang pemintal benang, Nabi Idris yaitu seorang penjahit dan
arsitek, Nabi Nuh dan Nabi Zakariya yaitu seorang tukang kayu, nabi Hud dan
Nabi Solih yaitu seorang pedagang, Nabi Ibrahim adalah seorang yang berladang,
dan tukang kayu, Nabi Ayyub adalah Seorang yang berladang, Nabi Daud adalah
seorang pandai besi, Nabi Sulaiman adalah seorang pembuat baju besi, Nabi Musa,
Nabi Syuaib, dan Nabi Muhammad dan beserta seluruh Nabi-Nabi ialah penggembala
kambing. (HR.
Abdullah bin Abbas)
Imam
al-Hubaisyi berkata, “Asal mula pekerjaan ada tiga jenis yaitu bercocok
tanam, mengenyam (wiraswasta), dan berdagang.” Pekerjaan-pekerjaan yang
disebutkan oleh Imam al-Hubaisyi merupakan pekerjaan yang kecil kemungkinan
tercampur baik syubhat maupun haram. Pada akhirnya hasil darinya akan
memperoleh keberkahan dan kemaslahatan baik bagi diri sendiri maupun orang yang
dinafkahinya.
Ada
perbedaan di kalangan ulama tentang pekerjaan yang baik. Sebagian ulama
mengatakan bahwa mengenyam (wiraswasta) merupakan pekerjaan yang baik. Banyak Ulama
mengatakan pekerjaan yang baik adalah berdagang. Adapun ulama yang lain
mengatakan bahwa berladang atau bertani itu lebih baik. Masing-masing pendapat
tersebut mempunyai dalil sehingga tidak saling menyalahkan. (Dari Kitab al-Hawi
al-Kabir halaman 179)
Namun Imam
al-Mawardi mengungkapkan bahwa berladang itu lebih baik, karena bahwasannya
berladang akan menghasilkan tawakal yang lebih dekat, dan Allah cinta kepada
orang-orang yang bertawakal. Pernyataan tersebut memberi satu isyarat bahwa
pekerjaan berladang, pekerjaan yang membutuhkan sabar, ikhlas, dan syukur.
Sabar ketika menanamkan benih-benih di dalam tanah yang lapang. Ikhlas, ketika
hasilnya belum memuaskan. Bersyukur, ketika hasil panen itu tiba.
Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang hamba memakan makanan lebih baik melainkan ia makan dari jerih payah tangannya sendiri. Sungguh Nabi Daud AS memakan makanan dari hasil pekerjaan tangannya sendiri.”
Pernyataan
Nabi Muhammad di atas mengindikasikan bahwa dalam memilih atau melakukan
pekerjaan harus penuh kehati-hatian atau wara’. Sebab hal tersebut akan
menjadikan diri seseorang jujur dan penuh loyalitas pada pekerjaannya. Dengan
demikian orang tersebut akan dipercaya oleh orang lain terhadap apa-apa yang
telah dihasilkannya.
0 Komentar