Agama merupakan suatu fenomena yang abadi dalam kehidupan manusia, tetapi akan menggambarkan bahwa agama tidak terlepas daari pengaruh realitas dan perkembangan masyarakat. Agama dan realitas budaya ada kemungkinan yang terjadi dalam agama tidak ada realitas yang nyata dalam realitas budaya. Agama akan berkembang dengan mengikuti masyarakat yang beradaptasi dengan lingkungan.
Peran agama dalam
kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma
tertentu. Agama berpengaruh sebagai
motivasi dalam mendorong
individu untuk melakukan suatu aktivitas, karena perbuatan yang
dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur
kesucian, serta ketaatan. Agama
dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat
norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadi kerangka acuan
dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang
dianutnya. Sebagai sistem nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan
individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas.
Di
lihat dari fungsi dan peran agama dalam memberi pengaruhnya terhadap individu,
baik dalam bentuk sistem nilai, motivasi maupun pedoman hidup, maka pengaruh
yang paling penting adalah sebagi pembentuk kata hati (conscience). Kata hati
menurut Erich Froom dalam Jalaluddin adalah panggilan kembali manusia kepada
dirinya. Erich Froom melihat manusia sebagai makhluk yang secara individu telah
memiliki potensi humanistik dalam dirinya. Kemudian selain itu individu juga
menerima nilai-nilai bentukan dari luar. Keduanya membentuk kata hati dalam
diri manusia. Dan apabila keduanya berjalan seiring secara harmonis, maka
manusia akan merasa bahagia.
Pada
diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan
manusia. Potensi tersebut adalah hidayat alghariziyyat (naluriah); hidayat
al-hissiyat (inderawi); hidayat al-aqliyat (nalar); dan hidayat al-diniyat
(agama). Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi fitrah yang
dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan tehadap seseorang adalah memberi
bimbingan kepada potensi yang dimiliki itu. Dengan semikian jika potensi fitrah
itu dapat dikembangkan sejalan dengan pengaruh lingkungan maka akan terjadi
keselarasan. Sebaliknya jika potensi itu dikembangkan dalam kondisi yang
dipertentangkan oleh kondisi lingkungan, maka akan terjadi ketidakseimbangan.
Agama
dalam kehidupan individu berfungsi sebagai :
A.
Berfungsi Edukatif. Para penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang
mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara
yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruh dan larangan ini
mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi
baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
B.
Berfungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya
selamat. Keselamatan yang diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh
agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia
dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya
melalui: pengenalan kepada masalah sakral, berupa keimanan kepada Tuhan.
C.
Berfungsi Sebagai Pendamaian. Melalui agama seseorang yang bersalah atau
berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan
rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila sesoerang
pelanggar telah menebus dosanya melalui :tobat, pensucian ataupun penebusan
dosa.
D.
Berfungsi Sebagai Sosial Kontrol. Para pengganut agama sesuai dengan ajaran
agama yang dipeluknya terikat batin kepada tuntunan ajaran tersebut, baik
secara pribadi maupun secara kelompok. Ajaran agama oleh penganutnya dianggap
sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.
E.
Berfungsi Sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas. Para penganut agama yang sama
secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan: iman dan
kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok
maupun perorangan, bahkan kadangkadang dapat membina rasa persaudaraan yang
kokoh.
F.
Berfungsi Transformatif. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian
seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya. Kehidupan baru yang diterimanya berdasarkan ajaran agama yang
dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma
kehidupan yang dianutnya sebelum itu.
G.
Berfungsi Kreatif. Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya
produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk
kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin
dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi
dan penemuan baru.
H.
Berfungsi Sublimatif. Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan
saja yang bersifat agama ukhrawi, malinkan juga yang bersifat duniawi. Segala
usaha manusia selama tidak bertentangan dengan normanorma agama, bila dilakukan
atas niat tulus, karena dan untuk Allah merupakan ibadah.
Orang-orang
yang berspekulasi tentang asal usul agama sering mengemukakan gagasan agama
merupakan tanggapan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang tidak sepenuhnya
terpenuhi didunia ini. Kebutuhan dasar manusia primitif adalah keagamaan
terhadap bebagai ancaman seperti kelaparan, penyakit, dan kehancuran oleh
musuh-musuhnya. Banyak diantara kehidupan sehari-harinya dalam berburu,
pertanian, dan sebagainya, diarahkan kepada upaya untuk mneghindari
bahaya-bahaya ini, meskipun dia sama sekali tidak berhasil melenyapkan
bahaya-bahaya itu.
0 Komentar