Shalat sangat penting di dalam Islam. Sebab, salat merupakan rukun ke-2 dalam Islam sehingga dihukumkan wajib. Imam Ghazali berkata, “Seseorang dikatakan muslim yaitu ia yang mempunyai girah atau semangat dalam shalat, puasa, dan hadir di dalam majelis dzikir dan ilmu, sedangkan seseorang dikatakan munafik yaitu ia yang mempunyai girah atau semangat dalam makan, minum dan mencari harta.”
Pernyataan Imam
Ghazali mengindikasikan bahwa seorang mukmin yang sejati, dia tidak akan
meninggalkan shalat. Habib Alwi bin Syahab berkata, “Tidaklah dinamakan
shalat kecuali bahwasannya ia (shalat) itu bentuk pertemuan antara seorang
hamba dan Tuhan-nya. Apabila hamba-Nya tidak shalat maka pertemuan itu terputus.”
Rugi yang sangat
besar apabila hubungan antara seorang hamba dengan Tuhan-nya terputus dengan alasan
urusan dunia. Allah hanya memerintahkan shalat wajib hanya 5 waktu dalam sehari
dan itupun tidak mengganggu aktivitas manusia. Sebagaimana Firman Allah Swt,
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman.” (QS: An-Nisa[4]:103)
Seperti
Subuh, shalat tersebut ada untuk membangunkan manusia dari tidurnya. Shalat Zuhur
ada ketika manusia rehat dari kerjanya. Shalat Ashar ada supaya manusia tidak
lalai dari kesehariannya. Shalat Magrib ada tatkala manusia selesai dari urusan
dunianya. Shalat Isya ada untuk menyambut malam hari.
Nabi
Muhammad Saw memberi peringatan kepada umatnya tentang pentingnya shalat Ashar.
Sebab sebagian manusia luput dari shalat menjelang sore tersebut. Nabi
Bersabda,
مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ العَصْرِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلهُ (رياض
الصالين:1052)
“Barangsiapa yang meninggalkan
sholat Ashar maka dia pekerjaan yang dikerjakannya sia-sia.”
Hadis itu menunjukkan bahwa shalat bisa membawa ridho
atas pekerjaan yang dijalani. Lantas bagaimana jika lima waktu ditinggalkan
oleh seorang muslim? Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata, “Segala
sesuatu yang mewariskan su’ul khatimah salah satunya yaitu meninggalkan shalat.”
Ungkapan Imam Haddad di atas memberikan satu perspektif
bahwa shalat adalah prioritas utama bagi setiap muslim. Sebagaimana Firman
Allah Swt,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ
هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai
orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang merugi.” (QS:
An-Nisa[4]:103)
Adapun para
ahli tafsir menafsirkan bizikrillah pada ayat tersebut ialah shalat lima waktu.
Barangsiapa yang mengenyampingkan shalat hanya untuk mencari nafkahnya, atau
jual belinya atau pekerjaan di kantornya atau demi kepentingan anaknya maka dia
termasuk orang-orang yang merugi. (Kitab Mukasyafah al-Qulub:267)
0 Komentar