Salah satu kemuliaan bulan Sya’ban
yaitu turunnya Surah Al-Ahzab ayat 56,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS Al-Ahzab:56). Maka bisa dikatakan
bahwa bulan Sya’ban yaitu bulan shalawat atas Nabi Muhammad. Maka para salafuna
shalihin melazimkan shalawat bukan hanya di bulan Sya’ban saja tetapi juga
diucapkannya setiap waktu.
Redaksi kata
shalawat dalam QS Al-Ahzab:56 dimaknai
oleh para tokoh, diantaranya Syekh al-Mubarrid (seorang ahli tata bahasa
Arab) menyatakan bahwa asal kata shalawat yaitu memberikan kasih sayang. Lalu
Shalawat Allah kepada rasul-Nya yaitu
kasih sayang kepadanya sedangkan shalawat para malaikat kepada rasulullah yaitu
kelembutan dan permohonan doa agar diberikan kasih sayang selalu untuknya.
Sedangkan Syekh Abubakar al-Qusyairi mengungkapkan bahwa shalawat dari Allah
ta’ala kepada seseorang selain nabi Muhammad adalah berupa kasih sayang akan
tetapi shalawat-Nya untuk Sang Habibullah yaitu memberikan kedudukan kepadanya
dan menambah kemuliaan kepadanya. (Imam Qadhi Iyadh:2004:421)
Di sisi lain
Syekh Ali Baros mengatakan bahwa shalawat atas Nabi Muhammad SAW merupakan
seutama-utamanya kedekatan, dan mengangkat maqam (derajat). Pernyataan tersebut
memberikan satu perspektif bahwa shalawat merupakan jalan untuk mempermudah
untuk bisa bertemu dengan Nabi Muhammad baik dari mimpi ataupun berziarah ke
makbarahnya di Madinah. Maka dari itu para ulama melazimkan bershalawat atas
Nabi Muhammad dalam waktu-waktu senggangnya. Habib Umar bin Abdurrahman Alatas,
guru dari Syekh Ali Baros memuat dalam ratibnya (Ratib Alatas) bacaan shalawat
atas Nabi Muhammad yaitu 10 kali. Hal tersebut bersesuaian dengan hadis Nabi
Muhammad SAW,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا
وَحِينَ يُمْسِي عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku di pagi
hari 10 kali dan di sore hari 10 kali, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada
hari kiamat.” (HR.
at-Tabrani)
Namun
berapa kali afdolnya kita bershalawat atas nabi Muhammad. Imam Fudailh Iyadh
menyatakan bahwa shalawat atas Nabi Muhammad itu hukumnya wajib atas jumlah
yang tanpa batas di setiap waktu. Sebab hal tersebut Allah memerintahkan untuk
bershalawat kepadanya dan hal tersebut dilakukan oleh para Imam Mazhab serta
ulama menghukumkan wajib dan mereka mengumpulkan atasnya.
Imam Hubaisyi menganjurkan untuk
memperbanyak shalawat atas Nabi Muhammad pada setiap waktu. Selain itu ia
menegaskan untuk bershalawat jika mendengarnya namanya, menulis namanya, menyertai dalam awal dan
akhir doa, ketika sebelum azan, ketika masuk dan keluar masjid, ketika tasyahud
awal dan akhir, shalat jenazah, dan dua khutbah Jumat.
Maka
itu para ulama menjadikan shalawat nabi Muhammad sebagai wasilah untuk bisa
bertemu kepadanya. Bahkan mereka yakin bahwa dengan bershalawat hajat-hajat
pasti dikabulkan oleh Allah Swt. Sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw, “Barangsiapa
yang bershalawat atasku sehari dengan seratus kali maka Allah akan mengkabulkan
hajat-hajatnya seratus hajat. tujupuluh pada hajat di akhirat dan tiga puluh
pada hajat di akhirat.”
Hadis
di atas menunjukkan bahwa Nabi memberikan jawaban setiap shalawat yang
diucapkan lisan seorang muslim. Keyakinan tersebut ditambah dari penegasan dari
Nabi Muhammad di dalam sabdanya, “Tidaklah seseorang yang bershalawat atas
ku kecuali Allah mengembalikan ruhku sampai aku membalas shalawat tersebut.”
Di
dalam shalat lima waktu pun, seseorang yang shalat diwajibkan dalam shalawat
atas Nabi Muhammad. Karena hal tersebut termasuk rukun di dalam shalat.
Sebagaimana Sayyidina Umar meriwayatkan hadis Nabi Muhammad, “Tidaklah sah
shalat bagi seseorang yang tidak bershalawat atasku.” Bahkan shalawat untuk
Nabi Muhammad beserta ahlul baytnya juga ditegaskan di dalam sabdanya,
“Barangsiapa yang shalat akan tetapi ia tidak bershalawat atas ku dan
keluargaku maka tidak akan diterima shalat darinya,”
Hadis di atas mengisyaratkan bahwa semua yang berhubungan dengan Nabi Muhammad maka akan
diterima amal perbuatannya. Begitupun doa yang diterima oleh Allah yaitu doa
yang disertai dengan shalawat atasnya. Sebagaimana Hadis Nabi Muhammad yang
diriwayatkan oleh Sayyidina Umar bin Khotob, Nabi Bersabda, “Doa dan
shalawat itu berhubungan sebagaimana antara langit dan bumi, maka sesuatu (doa)
tidak akan sampai ke Allah SWT sampai doa tersebut disertai shalawat atas Nabi
Muhammad.”
0 Komentar