Pagi, waktu yang sibuk bagi manusia untuk mencari penghidupan yang
layak. Kesibukan itu tidak lain untuk mencari nafkah untuk keluarga. Sehingga
hal tersebut menjadi kewajiban setelah kewajiban dalam menunaikan ibadah. Sebagaimana
Rasulullah bersabda, “Mencari rezeki yang halal itu wajib setelah
mengerjakan ibadah yang wajib.” Namun di dalam mencari nafkah jangan sampai
lupa mengkontrol keluarga dalam urusan ibadah.
Imam al-Hubaysi
berkata, “Adapun seorang yang mencari nafkah untuk keluarga, pada
pencariannya tersebut terhitung seperti orang yang beribadah tanpa letih dan seperti
orang yang puasa tanpa berbuka.” Perkataan Imam al-Hubaisyi tersebut
memberikan satu persepektif bahwa sungguh mulia ketika seseorang yang mencari
nafkah yang tentu niat karena Allah swt. Terlihat beliau mengkomparasikan
kesungguhan mencari nafkah dengan orang yang beribadah. Karena orang yang
beribadah, sebelum melakukannya yaitu dengan niat juga orang yang mencari
nafkah harus dengan niat. Sebab melalui niat tersebut akan terlihat hasil
tujuan yang akan dicapai.
Rasulullah
bersabda, “Seseorang yang mencari nafkah untuk dirinya sendiri maka Allah akan
mencukupi nafkahnya serta diibaratkan seperti orang yang jihad di jalan Allah Swt. Seseorang yang mencari nafkah untuk
kedua orangtuanya, istrinya, anaknya, pembantunya, dan saudaranya yang muslim
maka ia seperti seseorang yang berjihad di jalan Allah Swt.”
Hadis Rasulullah di atas menjadi pengingat kepada kita yaitu nafkah yang dicari yaitu diperuntukkan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Ketika hak itu dipenuhi maka ia akan mendapatkan pahala seperti jihad di jalan Allah. Salain itu ada keberkahan bagi diri kita berupa rezeki yang tidak terputus. Intinya Allah akan memberikan rezeki dari arah yang kita tidak ketahui bagi seseorang yang mencari nafkah yang halal .
Bahkan Sabda Nabi Muhammad yang lain, “Barangsiapa yang mencari nafkah untuk memenuhi hajat hidup saudaranya maka dia diibaratkan seperti orang yang berpuasa yang mengerjakan ibadah dari pagi sampai malam atau seperti orang berjihad di jalan Allah Swt.”
Hadis di atas
mngingatkan bahwa seseorang yang punya rezeki lebih maka boleh memberikan
rezeki tersebut kepada saudara kandungnya. Jangan sampai jika kita punya rezeki
lebih kita lebih mementingkan orang lain ketimbang saudara kandung kita
sendiri. Oleh karena ketika saudara kandung kita mengucapkan “Alhamdulillah”
atas rezeki yang kita berikan maka insha Allah hajat kita terpenuhi.
Lantas bagaimana
seseorang yang tidak mau mencari nafkah? Pernah ada seorang pemuda datang ke
beberapa ulama, ia menceritakan beberapa nikmat yang diberikan Allah taa’la
kepadanya. Ia berkata, "Pada setiap amal yang dikerjakan, Allah akan berikan
ganjarannya. Sampai pemuda itu menyebutkan ia pernah berhaji, berjihad, dan
melakukan ibadah-ibadah. Maka seorang Alim bertanya kepadanya, “Kemana engkau dari
amal seorang wali Allah?” Pemuda itu berkata, “Amal apa itu?” Maka seorang alim
itu menjawab, “mencari pekerjaan yang halal, dan memberikan nafkah kepada
keluarga.”
0 Komentar