Tamu yang bersilaturahmi ke rumah kita membawa keberkahan dan menghilangkan keburukan yang ada di dalamnya. Nabi Ibrahim adalah sosok yang selalu senang apabila kedatangan tamu. Bahkan beliau menyediakan makanan yang terbaik kepada seseorang yang bertamu kepadanya. Diantara yang beliau sediakan adalah roti, susu, gandum, daging kambing yang masak, serta buah-buahan.
Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki berkata,
“Memberi jamuan makanan adalah sebaik-baiknya kebiasaan umat Islam.”
Sebagaimana Nabi Muhammad pernah di datangi oleh seseorang pemuda yang bertanya,
أيُّ الإِسْلاَمِ خَيرٌ؟ قَالَ: تُطْعِمُ الطَّعاَمَ، وَ
تَقْرَأُ السَّلامَ عَلى مَنْ عَرَفْتَ وَ مَنْ لَم تَعرِف
Artinya: “Islam yang bagaimana yang
baik? Lalu Nabi menjawab, engkau yang senantiasa memberikan makanan, dan engkau
yang memberi salam kepada orang yang baik telah kau kenal atau orang yang belum
engkau kenal.”
Hadis
di atas memotivasi seorang muslim untuk berharap dirinya didatangi tamu dan
bisa menjamunya dengan baik. Sebab seseorang yang bisa menjamu tamu kelak akan
masuk syurganya Allah SWT. Sebagaimana Abu Hurairah R.A berkata kepada
Rasulullah, “Sesungguhnya jika aku memandangmu maka akan menjadi obat bagi
diriku, dan penyejuk bagi mataku, lantas beritahukan kepadaku tentang segala
sesuatu kepadaku? Maka Rasulullah menjawab, “Setiap sesuatu diciptakan dari
air.” Maka aku (Abu Hurairah) bertanya kembali, “Kabarkan kepadaku seseuatu
yang apabila aku kerjakan maka aku akan masuk ke surga?” Maka Rasulullah
menjawab, “Berilah jamuan makanan, berilah salam, sambunglah silaturahmi, dan
shalat malamlah (tahajud) tatkala manusia terlelap tidur, niscaya kamu akan
masuk surga.” (HR. Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Nasa’i)
Melihat
hadis tersebut menandakan bahwa surga bisa disebabkan dengan hubungan muamalah
yang baik. Sebab kita tidak mudah menerima tamu dan memberi jamuan kepadanya.
Terkadang kita sebagai manusia yang imannya naik turun memilah dan memilih
tamu. Giliran tamu yang membawa maslahat akan diterima dengan baik akan tetapi
tamu yang dianggap membawa mafsadat akan ditolak secara tersirat. Akan tetapi
Rasulullah menerima tamu dari semua kalangan baik dari kalangan menengah ke
atas atau menengah ke bawah.
Rasulullah
pernah bersabda, “Sesungguhnya di surga ada satu kamar yang terlihat
zhahirnya pada bathinya, dan bathinnya pada zhahirnya.” Lalu Abu Malik al-Asya’ri
bertanya: “Untuk siapa kamar itu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Bagi
seseorang yang baik pembicaraannya, seseorang yang senantiasa menyediakan
makanan, dan seseorang yang bangun malam ketika manusia lainnya tertidur.” (HR.
Thabrani)
Lantas
bagaimana ketika kita tidak memiliki apa-apa di rumah akan tetapi tamu itu
datang? Maka sediakan saja untuknya air putih sekedar untuk menghilangkan
dahaganya. Karena jika kita menyianyiakan tamu maka sama saja kita menolak
keberkahan yang datang kepada diri kita. Ketika kita memuliakan tamu dengan
kemampuan kita maka Allah akan memberikan rezeki kepada kita dari arah yang
kita tidak ketahui.
0 Komentar