Sayyidina Ali R.A berkata, “Seminimal mungkin seorang manusia ada nilainya
melalui ilmu pada akal mereka.” Namun ilmu apa saja yang kita bisa peroleh
agar mempunyai manfaat? Sebagian para salafuna solih mengatakan bahwa ilmu itu
ada empat: ilmu fikih untuk mengetahui agama, ilmu kedokteran untuk kesehatan
badan, ilmu astronomi untuk mengetahui waktu atau massa, dan ilmu gramatika
(bahasa) untuk memperbaiki tutur kata. (Syekh Abu al-Fath Abshihi: 2015: 25)
Selain
ilmu-ilmu diatas yang dibutuhkan, namun syekh atau seorang yang a’lim sangat
penting sebagai petunjuk dalam kebenaran ilmu tersebut. Jika kita belajar
tanpa guru maka kita akan tersesat. Sebagaimana Nabi Muhammad bersabda, “Belajarlah
(kalian) ilmu, dan ambilah dari ahlinya (seorang a’lim).” Hadis tersebut
menunjukan bahwa kedudukan seorang a’lim itu penting dalam mengambil keilmuan.
Sehingga
ada pernyataan yang salah jika, “Langsung aja belajar dari sumber aslinya
yaitu al-Quran dan hadis.” Apakah kita melihat rasulullah sebagai tokoh
yang memahami dua supermasi hukum tersebut? apakah kita melihat sahabat-sahabat
nabi sebagai murid langsung rasulullah bahkan meriwayatkan hadis-hadisnya?
Apakah kita melihat tabi’in dan tabiut tabi’in sebagai tongkat estafet dalam
memahami ilmu-ilmu agama?
Imam Hasan al-Bashri menyatakan bahwa, “Kalau bukan karena ulama maka manusia
seluruhnya seperti binatang, kalau bukan karena orang-orang solih maka akan
rusaklah orang-orang yang salah arah.” Pernyataan tersebut memperkuat bahwa
seorang a’lim selain memberikan ilmu namun mereka bisa sebagai obat bagi
orang-orang yang punya penyakit hubbu dunia (cinta akan dunia). Syekh Abu
al-Fath Abshihi berkata, “Seorang a’lim itu bagai obat bagi umat dan dunia
serta penyembuh bagi penyakit-penyakit keduniaan (cinta dunia), kemudian apabila seorang
dokter bisa mendeteksi penyakit maka kapanpun ia bisa menyembuhkan penyakit
tersebut.”
Di sisi lain, seorang a’lim itu
dicintai oleh Allah Ta’ala, sebab posisinya menyampaikan yang hak untuk
membimbing dan meluruskan umat. Nabi Musa pernah bermunajat dan bertanya pada
Allah, “Wahai Tuhanku, Manusia siapa yang paling engkau cintai?” Allah
menjawab, “Seorang a’lim yang selalu mempelajari ilmu.” Untuk itu seorang a’lim
bisa memberikan syafaat di hari kiamat baik kepada para muta’alim (pembelajar)
maupun para muhibbin (pecinta)nya. Sebagaimana Rasulullah pernah bersabda, “Ada
tiga orang yang memberikan Syafaat (pertolongan) di hari kiamat: para nabi,
para ulama, kemudian para syuhada.”
0 Komentar