Setiap manusia pasti berkomunikasi satu sama lainnya. Melalui
komunikasi tersebut akan terjalin relasi atau kekerabatan yang postif. Maka
dari itu untuk tersampaikan pesan yang utuh, harus terpenuhi unsur-unsur
komunikasi tersebut. Unsur-unsur tersebut ialah komunikator, pesan, media,
komunikan, dan efek. Pada unsur-unsur tersebut yang paling penting ialah media,
sebab ia sebagai perantara untuk menghubungkan antara komunikator, pesan, dan
komunikan.
Sedangkan transendental
ialah sesuatu yang tidak terlihat atau berhubungan dengan ruhaniyah atau alam
ghaib. Tentu jika dipadukan antara komunikasi dan transendental maka akan
menjadi komunikasi terhadap alam yang tidak terlihat. Hal tersebut juga bisa dimaknai
oleh komunikasi kepada Tuhan.
Dahulu nabi Musa
dijuluki kalimullah (orang yang bisa berbicara dengan Rabb-nya). Tentu hal-hal
tersebut hanya bisa dilakukan oleh orang-orang terpilih yaitu nabi-nabi-Nya.
Sedangkan Manusia berbicara dengan Tuhan-Nya hanya melalui perantara.
Sebagaimana hal tersebut disebutkan di dalam al-quran:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ
يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ
رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan
mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya
apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS
As-Syuara/38: 51)
Shalat, membaca al-quran, berzikir, dan beribadah lainnya adalah media
bagi manusia melakukan komunikasi transendental dengan Rabb-Nya. Ada hadis yang
menyatakan “Shalat itu mi’rajnya seorang mukmin”. Hadis tersebut
menunjukkan ketika seorang muslim melakukan shalat berarti ia melakukan perjalanan
menuju Allah taala melalui gerakan-gerakan dan bacaan-bacaan yang ditetapkan
oleh syara’ dan diakhiri dengan salam yaitu kembalinya kesadaran kita untuk
hidup di masyarakat kembali.
Ketika manusia tidak khusyuk di dalam shalatnya maka ia menganggap
bahwa shalat itu hanya sebatas menggugurkan kewajiban. Padahal dengan shalat
tersebut manusia tersebut seolah-olah sedang menghadap Allah swt. Maka untuk
mendatangkan khusyuk tersebut, seorang muslim harus menggunakan pakaian yang
layak dan bagus. Sebagian dari kita kalau mau bertemu pejabat dan orang penting
itu menggunakan pakaian yang mahal-mahal akan tetapi ketika solat hanya
mengenakan baju seadanya. Sebagaimana Allah memberikan peringatan tersebut
dalam al-quran:
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ
أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ
التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ
يَذَّكَّرُونَ
“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS
Al-A’raf/7:26)
Membaca al-quran, komunikasi transendental juga. Pasalnya,
ketika seseorang muslim membaca kitab suci tersebut seolah-olah ia sedang
berkomunikasi dengan Allah Swt. Sebab ayat-ayat suci tersebut merupakan
firman-firman Allah, yang terkadang menasehati si pembacanya. Seorang muslim
yang selalu membacanya akan mendapatkan syafaat baik di dunia dan akhirat.
Syafaat tersebut berupa pertolongan secara sadar atau tidak sadar. Sebagaimana
Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ
كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا
وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi,” (QS Fatir/35:29)
Zikir juga termasuk media untuk menghubungkan antara hamba
dan Tuhan-nya. Disisi lain dengan berzikir kita melafalkan nama-nama Allah yang
baik atau memuji Allah SWT. Melalui lisan seseorang yang memuji-Nya, Ia akan
memberikan seseuatu dari arah yang kita tidak bisa duga. Bahkan ketika kita
mengingat-Nya, Sang Rahman pasti mengingat kita pula. Hal ini termaktub di
dalam al-quran:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu
mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS Al-Baqarah/2:152)
0 Komentar