KH. Masyhuri Syahid di dalam pengajarannya
Pada pengajian
yang digelar setiap Senin di Musholla Nurul Hikmah tersebut, kebetulan beliau
sedang menerangkan tentang bab tentang sifat syurga dan para penghuninya dalam
kitab Tanbihul Ghafilin. Beliau menuturkan bahwasannya, pernah para sahabat
bertanya kepada Nabi Muhammad SAW? Wahai Rasulullah tercipta dari apa syurga
itu? Nabi menjawab, “Syurga itu tercipta dari air dan satu bata dari
bangunan syurga itu terbuat dari emas dan sebagian lainnya dari perak, lantainya
beraroma misik al-adzfar sedangkan tanahnya berupa dza’faron dan bebatuannya
dari mutiara dan batu permata. Barang siapa yang masuk di dalamnya maka ia akan
nikmat tidak akan menderita, dia akan kekal dan tidak akan mati dan tidak usang
pakaiannya serta tidak akan menua di dalamnya.”
Adapun seorang ahli fikih menggambarkan syurga itu, “Tanahnya
berasal dari perak dan tanahnya beraroma misik, dan akar pohonnya terbuat dari
perak dan bagian-bagian dari pohon tersebut terbuat dari mutiara dan zamrud,
daun dan buahnya di bawahnya tersebut. Barang siapa yang makan buah dari pohon
tersebut sambil berdiri tidak apa-apa, barang siapa yang makan buahnya sambil
duduk tidak apa-apa, dan barang siapa yang makan buahnya sambil berbaring pun
tidak masalah.”
Abdullah
bin Abbas RA menyatakan bahwa, “Barang siapa yang ingin masuk ke dalam
syurga Allah Swt maka hendaknya ia beramal shalih lagi taat kepada-Nya.”
Dari perkataan Ibn Abbas tersebut, KH. Masyhuri menyatakan, “Banyak jalan
menuju syurga Allah Swt. Tentu jalan tersebut yaitu dengan mencari ridho-Nya
dengan jalan takwa, mentaati perintah-Nya dan sejauh mungkin kita meninggalkan
larangan-Nya.”
Beliau
melanjutkan, “Selama ini kita mendengar banyak jalan menuju Roma, akan
tetapi itu pandangan keliru, justru jalan menuju syurga Allah Swt sangat
banyak.” Ada jalan melalui konsisten dalam beribadah kepada Allah Swt, ada yang
suka datang ke majelis-majelis taklim, ada yang melalui bersedekah, dan ada
pula karena berkat senyum kita masuk syurga Allah Swt. Amiiin
KH.
Masyhuri Syahid berkata, “Majelis-majelis taklim semacam ini dan pondok-pondok pesantren yang ada di Indonesia ini adalah paku bumi yang menahan bencana dan
musibah yang akan datang. Maka tradisi-tradisi majelis taklim sangat perlu
dipertahankan agar supaya bumi Indonesia tidak menjadi Spanyol kedua. Apa itu
Spanyol kedua? Umat Islam terlena dengan urusan duniawi sehingga ada upaya pihak eksternal untuk merusak generasi-generasi penerus dengan paham-paham liberal dan
sekuler.”
Setelah beberapa bulan dari pengajaran yang telah disampaikan oleh Sang Ahli Fikih tersebut,
Allah mewafatkannya pada tanggal 4 November 2007 atau bertepatan dengan 25
Syawal 1428 H. Innalillahi wa Innailahi Rajiun.
0 Komentar