Masjid Kampus sebagai Pembinaan Spiritual Masyarakat Kampus oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si, CETP (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)


Perguruan tinggi sebagai wadah mencetak para intelektual, yang nantinya akan melanjutkan estafet kepemimpinan di Indonesia. Paling tidak kepemimpinan bagi diri sendiri, dengan berprilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Maka dari itu untuk mewujudkan hal tersebut makan diperlukan satu sarana untuk membina, menkontrol, dan membimbing masyarakat kampus. Sarana yang tepat dan efektif yaitu masjid kampus.

Setiap kampus pasti memiliki masjid, yang tujuannya untuk sarana peribadatan masyarakat kampus. Mulai dari shalat lima waktu, dzikir, membaca quran, dan ibadah-ibadah lainnya. Namun bukan hanya itu masjid kampus harus juga sebagai sentra pembinaan masyarakat kampus. Mulai pembinaan spiritual kepada para pimpinan, dosen-dosen, staff hingga office boy. Kondisi untuk mewujudkannya diperlukan dosen-dosen baik yang memahami ilmu agama maupun memahami tentang ilmu tentang manajemen. Sebab sinergisitas antara keduanya akan mewujudkan masjid yang membangun peradaban di kampus.

Pertama, yang harus diperhatikan bagi pengurus masjid kampus ialah tata kelola yang baik. Mulai dari bangunan fisik, manajemen keuangan, hingga kemakmuran masjid melalui program-program yang bisa meningkatkan kualitas takwa warga kampus. Bangunan fisik tentu diperlukan untuk kenyamanan dan penarik bagi warga kampus untuk betah dalam beribadah di tempat tersebut. Ruangan-ruangan yang kondusif mulai dari ruang utama ibadah, ruang perpustakaan, ruang konsultasi keagamaan, dan ruang untuk memfasilitasi belajar para mahasiswa dan mahasiswi, dan tempat wudhu. Tentu untuk menyempurnakan ruangan-ruangan tersebut dibutuhkan arsitek-arsitek handal yang tentu bisa diambil dari tenaga ahli yang ada di kampus itu sendiri. Di samping itu ruangan-ruangan tersebut dilengkapi dengan sarana pendingin untuk kenyamanan warga kampus. 

Kedua, yang harus diperhatikan bagi pengurus masjid perguruan tinggi yaitu koordinasi antar divisi yang ada di dalamnya. Divisi-divisi yang secara umum dibutuhkan bagi kemakmuran masjid kampus yaitu divisi dakwah dan divisi pelatihan dan pengkajian. Dua bidang ini mempunyai perbedaan, misal divisi dakwah mempunyai peranan untuk mengatur jadwal khatib Jumat dan memegang peranan penuh bagi mahasiswa dan mahasiswi penggerak dakwah kampus. Tentu harus ditekankan kepada divisi ini untuk memilih da’i-da’I atau khatib-khatib yang mempunyai jiwa wasathiyyah dalam berdakwah serta memberikan masukan kepada aktivis-aktivis dakwah kampus. Sehingga masjid tersebut akan memberikan efek kenyamanan hati bagi jamaah yang notabene warga kampus.

Di sisi lain, divisi pelatihan dan pengkajian di masjid kampus memanaje waktu pelatihan dan pengkajian pada setiap minggunya. Pelatihan tersebut mulai dari tahsin al-quran, pelatihan bahasa Arab, pelatihan dakwah dan mengadakan konsultasi agama. Bagi masjid kampus, pengadaan konsultasi agama ini perlu sekali. Sebab melalui konsultasi tersebut permasalahan-permasalahan yang dimiliki oleh mahasiswa-mahasiswi, karyawan-karyawati, hingga petinggi kampus bisa terselesaikan. Terkadang warga kampus sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan mereka setiap harinya. Sehingga sedikit sekali tersentuh dengan kegiatan-kegiatan keagamaan. Bahkan mungkin sebagian dari mereka sedikit waktu bersama keluarga.




Posting Komentar

0 Komentar