Perguruan tinggi sebagai wadah mencetak para intelektual, yang
nantinya akan melanjutkan estafet kepemimpinan di Indonesia. Paling tidak kepemimpinan
bagi diri sendiri, dengan berprilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Maka dari itu untuk mewujudkan hal tersebut makan diperlukan satu sarana
untuk membina, menkontrol, dan membimbing masyarakat kampus. Sarana yang tepat
dan efektif yaitu masjid kampus.
Setiap kampus pasti memiliki masjid, yang tujuannya untuk
sarana peribadatan masyarakat kampus. Mulai dari shalat lima waktu, dzikir, membaca
quran, dan ibadah-ibadah lainnya. Namun bukan hanya itu masjid kampus harus
juga sebagai sentra pembinaan masyarakat kampus. Mulai pembinaan spiritual kepada
para pimpinan, dosen-dosen, staff hingga office boy. Kondisi untuk
mewujudkannya diperlukan dosen-dosen baik yang memahami ilmu agama maupun
memahami tentang ilmu tentang manajemen. Sebab sinergisitas antara keduanya
akan mewujudkan masjid yang membangun peradaban di kampus.
Pertama, yang harus diperhatikan bagi pengurus masjid kampus ialah tata kelola yang baik. Mulai dari bangunan fisik, manajemen keuangan, hingga kemakmuran masjid melalui program-program yang bisa meningkatkan kualitas takwa warga kampus. Bangunan fisik tentu diperlukan untuk kenyamanan dan penarik bagi warga kampus untuk betah dalam beribadah di tempat tersebut. Ruangan-ruangan yang kondusif mulai dari ruang utama ibadah, ruang perpustakaan, ruang konsultasi keagamaan, dan ruang untuk memfasilitasi belajar para mahasiswa dan mahasiswi, dan tempat wudhu. Tentu untuk menyempurnakan ruangan-ruangan tersebut dibutuhkan arsitek-arsitek handal yang tentu bisa diambil dari tenaga ahli yang ada di kampus itu sendiri. Di samping itu ruangan-ruangan tersebut dilengkapi dengan sarana pendingin untuk kenyamanan warga kampus.
Kedua, yang harus diperhatikan bagi pengurus masjid perguruan
tinggi yaitu koordinasi antar divisi yang ada di dalamnya. Divisi-divisi yang
secara umum dibutuhkan bagi kemakmuran masjid kampus yaitu divisi dakwah dan divisi
pelatihan dan pengkajian. Dua bidang ini mempunyai perbedaan, misal divisi
dakwah mempunyai peranan untuk mengatur jadwal khatib Jumat dan memegang peranan
penuh bagi mahasiswa dan mahasiswi penggerak dakwah kampus. Tentu harus
ditekankan kepada divisi ini untuk memilih da’i-da’I atau khatib-khatib yang
mempunyai jiwa wasathiyyah dalam berdakwah serta memberikan masukan kepada
aktivis-aktivis dakwah kampus. Sehingga masjid tersebut akan memberikan efek
kenyamanan hati bagi jamaah yang notabene warga kampus.
Di sisi lain, divisi pelatihan dan pengkajian di masjid kampus
memanaje waktu pelatihan dan pengkajian pada setiap minggunya. Pelatihan tersebut
mulai dari tahsin al-quran, pelatihan bahasa Arab, pelatihan dakwah dan mengadakan
konsultasi agama. Bagi masjid kampus, pengadaan konsultasi agama ini perlu sekali.
Sebab melalui konsultasi tersebut permasalahan-permasalahan yang dimiliki oleh
mahasiswa-mahasiswi, karyawan-karyawati, hingga petinggi kampus bisa
terselesaikan. Terkadang warga kampus sibuk dengan pekerjaan-pekerjaan mereka
setiap harinya. Sehingga sedikit sekali tersentuh dengan kegiatan-kegiatan keagamaan.
Bahkan mungkin sebagian dari mereka sedikit waktu bersama keluarga.
0 Komentar