Tantangan Muslim di Era Revolusi 5.0 oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si, CETP (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)


            Revolusi Industri 5.0 adalah era yang akan dihadapi oleh manusia di tahun 2024. Walau masih perdebatan di kalangan ahli tehnologi dan infomasi, akan tetapi mau tidak mau harus menyongsongnya dengan persiapan yang cukup matang. Sebab pada masa tersebut manusia bukan berkompetisi dengan manusia lainnya akan tetapi mereka akan berkompetisi dengan artificial intelligence dan robot. Challenge ini harus dihadapi dengan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan kewargaan oleh seorang muslim.


          Seorang muslim harus mempunyai pendidikan tinggi di era revolusi industri 5.0, baik pendidikan umum, pendidikan agama, pendidikan kebangsaan. Sebab pendidikan umum untuk mendukung kecerdasan intelektual seorang muslim. Pendidikan tersebut bisa dipilih mau di bidang science tekhnologi, sosial, atau humaniora. Alasan pemilihan tersebut sebab seorang muslim harus ada di ketiga bidang tersebut. Pendidikan science dan tekhnologi yang digeluti oleh seorang muslim outputnya akan menghasilkan karya tekhnologi misalnya aplikasi untuk mendukung ibadah mahdah dan muamalah serta menghasilkan artificial intelligence untuk mendukung literasi keislaman.

Pendidikan sosial bagi seorang muslim sangatlah penting, melalui bidang sosial manusia akan mempunyai tokoh yang bisa mengelola instansi-instansi. Mulai dari pengelolaan administrasi, pengelolaan manajemen, dan pengelolaan keuangan di instansi pemerintah atau swasta. Sedangkan seorang muslim yang menggeluti pendidikan humaniora akan mempelajari budaya dan bahasa Indonesia dan barat. Tentu dengan mempelajari bidang-bidang tersebut bukan berarti seseorang lebih mencintai budaya dan bahasa asing akan tetapi ia bisa menempatkan diri tatkala tinggal negara tercinta ini.

            Pendidikan agama bagi seorang muslim sangatlah penting. Melalui pendidikan tersebut manusia akan memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Kecerdasan emosional ini bisa didapatkan melalui ibadah vertikal kepada Allah Swt. Sebab dengan ibadah tersebut akan mendapat ketenangan pikiran dan hati. Ketika ketenangan-ketenangan tersebut dimiliki seorang muslim di era revolusi 5.0. Sebab percepatan informasi akan membuat labil pada emosi. Labil emosi ini implikasi dari berita hoax dan ujaran kebencian di media sosial. Sehingga hal ini akan secara psikologis manusia terganggu. Maka dari itu seorang muslim yang cerdas tidak mudah menerima informasi dari media sosial dan per

            Kecerdasan emosional dan spiritual ini bisa dicapai oleh dzikrullah. Melalui dzikir ini manusia akan ketenangan bathin. Ketika bathin ini tenang maka emosi manusia akan stabil. Jika ia menghadapi pekerjaan cukup padat maka dalam setiap yang dilakukannya dengan dzikir sirr (dzikir melalui hati).  Di sisi lain, kekuatan dzikir kepada Allah maka akan ada solusi dalam setiap problematika. Problematika tersebut antara lain sulitnya pekerjaan, pemutusan hubungan kerja yang disebabkan pekerjaan yang digantikan oleh robotik,  pekerjaan yang begitu padat, dan unsur-unsur matrialistik.

            Pendidikan kebangsaan ini sangatlah penting dimiliki oleh seorang muslim di Indonesia. Sebab pendidikan tersebut mempengaruhi kecerdasan kewargaan dan menjadi peka terhadap lingkungan sosial dan cinta tanah air. Melalui hal-hal tersebut manusia akan memiliki toleransi dan tradisi ketimuran. Dimana tradisi ketimuran yang diterapkan oleh umat muslim di Indonesia yaitu adanya akulturasi antara budaya Indonesia dan keagamaan. Faktanya, muslim di Indonesia  ada yang mengadakan tahlilan, nujuh bulanin, maulid nabi Muhammad SAW, dan tedak siti.

            Di sisi lain kecerdasan kewargaan ini berhubungan dengan wawasan kebangsaan. Maka seorang muslim yang tinggal di Indonesia wajib menerima Pancasila sebagai dasar negara dan UUD 1945 sebagai supermasi hukum di negara kita. Namun seorang muslim bukan hanya menerima Pancasila dan UUD 1945 saja melainkan menjalankan nilai-nilai Pancasila dan mematuhi regulasi yang ada  di UUD 1945.

           

           

           

 

           

           




Posting Komentar

0 Komentar