Persahabatan karena cinta kepada Allah oleh Sayyid Muhammad Yusuf Aidid, S.Pd, M.Si, CETP (Dosen Agama Islam Universitas Indonesia dan PNJ)


        Setiap orang pasti memiliki sahabat. Melalui persahabatan tersebut terbentuk chemistry rasa senasib dan sepenanggungan. Entah itu persahabatan tersebut terjalin ketika ia kecil, semasa sekolah atau kuliah, atau persabatan yang diikat oleh persamaan visi dan misi. Tentu dari pertemanan yang itu dibutuhkan nasihat satu sama lain. Sebagaimana hal tersebut telah tertulis di dalam al-quran; saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

            Nasihat sahabat itu bentuk kepedulian untuk meluruskan perspektif yang salah dan memberikan kritik yang membangun optimisme untuk berbuat yang lebih baik lagi. Syekh Mustafa Dib al-Bugha berkata, “Dari agungnya macam-macam nasihat itu adalah nasihat diantara persahabatan sesama muslim: bahwa nasihat itu diberikan kepada seseorang yang meminta nasihat atas urusannya.” Sebagaimana Nabi Muhammad Saw bersabda, “Apabila seseorang diantara kalian meminta nasihat kepada saudaranya maka hendaknya nasihati dia.”

            Syekh Mustafa Dib al-Bugha melanjutkan, “Bahwa dari baiknya macam-macam nasihat tersebut ialah nasihat kepada saudaranya secara rahasia karena nasihat dengan cara tersebut akan menolongnya dan memberikan pencerahan kepadanya; karena sesunggunya nasihat yang diberkan secara sembunyi itu adalah sebenar-benarnya nasihat. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya hak antara muslim kepada muslim lainnya yaitu memberikan nasihat kepadanya apabila dalam keadaan yang tidak terlihat oleh orang lain.”

            Selain nasihat antara sahabat, diperlukan pula kebersamaan diantara mereka untuk mewujudkan kelanggengan di dalamnya. Perwujudan hal tersebut bisa dengan mentraktir satu sama lain, saling sharing dan juga mengadakan rihlah (atau jalan-jalan). Tentu rihlah dengan para sahabat bukan sekedar perjalanan jasadiah saja akan tetapi dibutuhkan refreshing ruhaniyah. Bertamasya dengan bertafakur alam, shalat berjamaah, dan ada sesi bercerita satu sama lain atau bertukar fikiran. Melalui kondisi tersebut akan menimbulkan rasa saling kasih sayang satu sama lain.

            Persahabatan yang langgeng telah diteladani oleh Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Mereka saling menopang satu sama lain. Seperti, Sayyidina Abubakar As-Siddiq yang rela mengorbankan hartanya untuk membantu perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam. Hikmah dari persahabatan antara Nabi Muhammad dan Sayyidina Abubakar yaitu di dalam persahabatan perlu pengorbanan. Sebab pengorbanan seorang teman adalah bentuk kasih sayang yang datang dari hati.

            Persahabatan Sayyidina Umar bin Khattab dan Rasululah itu berupa pembelaan dengan keberanian. Pernah suatu kali Rasulullah diminta ghanimah yang lebih oleh suku badui dengan cara paksaan. Lalu Sayyidina Umar secara sepontan mengeluarkan pedangnya sebagai tanda pembelaan bahwa sahabatnya sedang dideskriditkan. Kemudian Rasulullah mendiamkan Sayyidina Umar setelah itu Badui tadi diberikan kekurangan ghanimah tersebut.

            Persahabatan Sayyidina Utsman bin Affan dan Rasulullah mengandung kesetiaan abadi. Sebab ia pula rela mengeluarkan hartanya demi membantu perjuangan Rasulullah di jalan agama. Salah satunya dikisahkan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah bersama umat muslim, di saat itu susah mendapatkan air bersih. Namun ada umur milik seorang Yahudi yang airnya dijual sangat mahal. Tanpa pikir panjang Sayyidina Utsman membeli sumur tersebut dengan harga yang sangat mahal.

            Di sisi lain persahabatan itu bukan dilihat dari umur yang sebaya atau tidak. Sebab persahabatan antara Sayyidina Ali dan Nabi Muhammad adalah persahabatan yang terlihat jarak umur yang terlalu jauh. Di samping Sayyidina Ali sahabat Sang Mujtaba, ia juga sepupu dan menantu yang cerdas. Saking setianya persahabatan tersebut, Nabi Muhammad berkata, “Saya kotanya ilmu dan Ali pintunya.”

            Landasan persahabatan yang abadi itu persahabatan karena cinta kepada Allah bukan politisasi sahabat. Sebab politisasi sahabat itu acuannya mencari keuntungan pribadi atau kelompok dari kedekatannya. Maka dari itu politisasi sahabat itu bisa dikatakan persahabatan yang negatif. Termin tersebut akan menimbulkan potensi sahabat bisa menjadi musuh dan musuh bisa menjadi sahabat. Sebab prinsip muamalah di dalam Islam tidak boleh ada permusuhan dengan siapapun.

 

           




Posting Komentar

0 Komentar