Setiap orang pasti memiliki sahabat. Melalui
persahabatan tersebut terbentuk chemistry rasa senasib dan sepenanggungan.
Entah itu persahabatan tersebut terjalin ketika ia kecil, semasa sekolah atau
kuliah, atau persabatan yang diikat oleh persamaan visi dan misi. Tentu dari
pertemanan yang itu dibutuhkan nasihat satu sama lain. Sebagaimana hal tersebut
telah tertulis di dalam al-quran; saling menasihati untuk kebenaran dan saling
menasihati untuk kesabaran.
Nasihat
sahabat itu bentuk kepedulian untuk meluruskan perspektif yang salah dan memberikan
kritik yang membangun optimisme untuk berbuat yang lebih baik lagi. Syekh
Mustafa Dib al-Bugha berkata, “Dari agungnya macam-macam nasihat itu adalah
nasihat diantara persahabatan sesama muslim: bahwa nasihat itu diberikan kepada
seseorang yang meminta nasihat atas urusannya.” Sebagaimana Nabi Muhammad Saw
bersabda, “Apabila seseorang diantara kalian meminta nasihat kepada saudaranya
maka hendaknya nasihati dia.”
Syekh
Mustafa Dib al-Bugha melanjutkan, “Bahwa dari baiknya macam-macam nasihat
tersebut ialah nasihat kepada saudaranya secara rahasia karena nasihat dengan
cara tersebut akan menolongnya dan memberikan pencerahan kepadanya; karena
sesunggunya nasihat yang diberkan secara sembunyi itu adalah sebenar-benarnya
nasihat. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya hak antara muslim
kepada muslim lainnya yaitu memberikan nasihat kepadanya apabila dalam keadaan
yang tidak terlihat oleh orang lain.”
Selain
nasihat antara sahabat, diperlukan pula kebersamaan diantara mereka untuk
mewujudkan kelanggengan di dalamnya. Perwujudan hal tersebut bisa dengan mentraktir
satu sama lain, saling sharing dan juga mengadakan rihlah (atau jalan-jalan). Tentu
rihlah dengan para sahabat bukan sekedar perjalanan jasadiah saja akan tetapi
dibutuhkan refreshing ruhaniyah. Bertamasya dengan bertafakur alam, shalat
berjamaah, dan ada sesi bercerita satu sama lain atau bertukar fikiran. Melalui
kondisi tersebut akan menimbulkan rasa saling kasih sayang satu sama lain.
Persahabatan
yang langgeng telah diteladani oleh Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Mereka
saling menopang satu sama lain. Seperti, Sayyidina Abubakar As-Siddiq yang rela
mengorbankan hartanya untuk membantu perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan
agama Islam. Hikmah dari persahabatan antara Nabi Muhammad dan Sayyidina Abubakar
yaitu di dalam persahabatan perlu pengorbanan. Sebab pengorbanan seorang teman
adalah bentuk kasih sayang yang datang dari hati.
Persahabatan
Sayyidina Umar bin Khattab dan Rasululah itu berupa pembelaan dengan keberanian.
Pernah suatu kali Rasulullah diminta ghanimah yang lebih oleh suku badui dengan
cara paksaan. Lalu Sayyidina Umar secara sepontan mengeluarkan pedangnya
sebagai tanda pembelaan bahwa sahabatnya sedang dideskriditkan. Kemudian
Rasulullah mendiamkan Sayyidina Umar setelah itu Badui tadi diberikan
kekurangan ghanimah tersebut.
Persahabatan
Sayyidina Utsman bin Affan dan Rasulullah mengandung kesetiaan abadi. Sebab ia
pula rela mengeluarkan hartanya demi membantu perjuangan Rasulullah di jalan
agama. Salah satunya dikisahkan ketika Rasulullah hijrah ke Madinah bersama
umat muslim, di saat itu susah mendapatkan air bersih. Namun ada umur milik
seorang Yahudi yang airnya dijual sangat mahal. Tanpa pikir panjang Sayyidina
Utsman membeli sumur tersebut dengan harga yang sangat mahal.
Di
sisi lain persahabatan itu bukan dilihat dari umur yang sebaya atau tidak.
Sebab persahabatan antara Sayyidina Ali dan Nabi Muhammad adalah persahabatan yang
terlihat jarak umur yang terlalu jauh. Di samping Sayyidina Ali sahabat Sang Mujtaba,
ia juga sepupu dan menantu yang cerdas. Saking setianya persahabatan tersebut,
Nabi Muhammad berkata, “Saya kotanya ilmu dan Ali pintunya.”
Landasan
persahabatan yang abadi itu persahabatan karena cinta kepada Allah bukan politisasi sahabat. Sebab
politisasi sahabat itu acuannya mencari keuntungan pribadi atau kelompok
dari kedekatannya. Maka dari itu politisasi sahabat itu bisa dikatakan persahabatan
yang negatif. Termin tersebut akan menimbulkan potensi sahabat
bisa menjadi musuh dan musuh bisa menjadi sahabat. Sebab prinsip muamalah di dalam Islam tidak
boleh ada permusuhan dengan siapapun.
0 Komentar